Rasa ini melekat erat seperti duri tajam yang menusuk menembus daging tubuhku. Berpura-pura tak merasakan sakit sesungguhnya pedih hingga ke puncak kepala tiada terkira. Berusaha untuk menguatkan hati dan menegarkan diri. Tak bisa, aku kalah pada rasa.
Dia tak pernah mau merasakan sakit namun dia membuat luka di dada. Dia tak pernah ingin mendengarkan embun yang jatuh kala subuh namun dia selalu tertawa. Dia enggan membuka kedua matanya namun dia selalu menulis tentang cinta. Dia malas menyentuh jemarinya yang lain namun dia menusukkan duri itu dalam. Dia seolah lumpuh namun dia berpesta tiada henti.
Entah apakah dia memiliki rasa seperti yang ku rasa.
Ku selalu merasa aku yang salah dan dia selalu berpikir segala yang dia lakukan benar tanpa cela dan noda.
Masihkah rasa itu melekat pada dinding daging dan hati mu?
Manusiakah kamu?
Tentang rasa dan beribu tanya
Tentang hati dan berjuta sepi
Tentang cinta dan satu mimpi
Lambat laun waktu akan berhenti tepat saat akhir nanti
Dimana ku tak dapat lagi merasakan luka ku
Tak pernah mewujudkan satu mimpi ku untuk bersama mu
Tak mau mengakhiri rasa ini namun pasti akan berakhir dengan caranya sendiri
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment