Sunday, July 5, 2009

BLUE ROSE Bagian 2

“Entahlah!” Akupun beranjak dari sudut dan melangkah keluar pintu, menyambut lembaran yang ku prediksi sama seperti hari-hari kemarin. Tak mengasyikkan. Bagai tergores dengan sembilu. Meski hanya dari bamboo tapi rasanya sama seperti tergores dengan baja atau besi. Berdiri di tengah-tengah tawa lepas dan menjadikanku orang paling tak berharga diseluruh dunia. Memiliki yang tak dimiliki dan tak pernah kumiliki. Berterimakasih ku kali ini atas segala mimpi yang menghantarkanku kehamparan bintang-bintang yang menyala. Keraguanku memang terkadang meruntuhkan setiap arus cinta ku. Menghela nafas dan membuangnya. Berharap hati ini menjadi sabar seperti kemarin.


Segalanya memang terasa cepat. Sebentar lagi pulang sekolah dan melangkah lagi sendiri. Berjalan keluar kelas. “Sa, besok harus jadi yah!” Aku hanya tersenyum. Esok hanyalah menanti. Esok hanyalah keterpaksaan. Esok hanyalah esok. Sebuah mimpi yang tertatih menerbangkan untaian kata-kata dalam benakku. Tak mampu menyatukan nya karena kerumitannya dan ketakutannya. Meraihnya hanyalah seperti mimpi tanpa kenyataan. Walau rintangan menghalang. Kekuatan tetap akan ada. Nyanyian sang dewi adalah kepercayaan yang mampu menghancurkan rantai kehidupan, terputus hanyalah kehendak. Masih terlalu jauh bagiku mengakhiri setiap asa dan mimpiku untuk mewujudkan setiap mimpi menjadi nyata. Malah sepertinya semua tergelincir dalam gelimangan limbah penuh dosa.
Menepaki jalan yang kemarin dengan pemandangan yang kemarin juga. Tidak ada yang berubah. Menaiki mobil angkot yang sama dan sendiri. Tidak ada yang satu jalan dengan ku. Apakah selamanya aku meski sendiri dalam ketakberdayaan akan hidup?


Sesampainya dirumah, aku hanya menunjukan wajah kelelahan. Masuk kamar, merapihkan diri dan berganti pakaian. Lelahku tak pernah berujung. Aku menuju meja makan dan membuka tudung saji. Kosong, hanya kosong. Aku tidak terkajut. Hal biasa. Aku masih di dalam kenyataan bukan alam mimpi. Jadi sangat wajar kalau mereka seperti tak menganggap aku ada. Berjuta puisi telah tertuang di lembar-lembaran kertas putih dan tak ada hasil. Hanya sebagai luapan emosi ku sesaat. Aku menggoreng telur ceplok. Saat aku memasak, aku berpikir tentang permintaan Lily untuk datang ke pertandingan basket. Aku sangat mau tapi aku harus menghindari. Menhindari sesuatu yang selalu mengintimidasi hati ku.
Telur ku gosong. Tak apa, sudah biasa hidup seperti ini. Baiklah kalau begitu besok aku akan dating. Karena seberapa besar aku menutup hati dari semua ini, tetap tak akan bisa ku melupakan dia dari lubuk hati yang sangat dasar.


“Teratai..Teratai..” sangat ramai sekali. “Sepertinya satu sekolah hadir yah Li..” Lily hanya mengangguk dan tersenyum. Sorot mata nya tertuju pada Berry yang sedari tadi berteriak meminta dukungan pada Lily, kekasihnya. “Aduh jadi ngiri sama kau nih Li..”
“Bisa aja kau Sa.. Ya udah jangan lupa teriak Berry yah.. Okeh?”
“Ga ah males, suara gue nanti abis lagi.”
“Ga segitunya kali.” Pertandingan pun segera dimulai. Aku menatap dia. Sorot matanya tajam menatap lawan-lawan dan bolanya. Semua pun meneriakan jagoan mereka. Tiba-tiba dari belakang muncul ke tempat yang paling depan dan berteriak, “Tommy..Tommy..” Yap bener. Orang yang berteriak itu, Iris, Jasmine dan Mawar.


Pertandingan sangat seru dan semakin seru. Pertandingan selesai dan sekolah Teratai adalah juaranya. Sekolah ku memang selalu mendapat Juara dalam olahraga basket. Lalu saat Tommy mengambil piala juara nya, ia membisikan sesuatu ke telinga juri. Juri mengambilkan microphone dan memberika pada dia. Mulutnya terbuka. “Selamat siang teman-teman. Berkat teman-teman yang sudah dating dan memberikan support nya kepada kami semua, kami bisa memenangkan pertandingan ini. Hmm.. sebenarnya ada satu hal yang ingin saya beritahukan pada teman-teman.”


Semua kebingungan termasuk aku dan bertanya-tanya. “Ada satu orang yang hadir dan saya sangat menghargai orang tersebut untuk datang kesini dengan susah payah.” Mawar, Iris dan Jasmine tersenyum-senyum. “Karena mungkin jika tidak ada orang tersebut, saya tidak memiliki motivasi untuk memenangkan pertandingan ini.” Semua pun sangat terheran. “Baiklah saya tidak akan bertele-tele. Saya jatuh hati kepada orang tersebut.” Semua orang di pertandingan bersorak kecuali aku. “Entah telah berapa lama aku menyukai dia, mungkin sejak temannya mengenalkan dia padaku.” Aku langsung menebak, pernyataan itu bukan untukku. Tapi aku penasaran, siapakah yang dicintai orang yang kucintai.


“Hmm.. di tempat ini aku ingin dia tahu kalau aku sering mencuri-curi pandang padanya. Okay, to the point aja yah! Orang itu adalah…” Jantungku berdebar seperti gendering yang dipukul sangat keras. “Rossa kamu bisa maju?” Hatiku ingin melompat dalam sekejap. Hatiku bersorak kegirangan tapi… aku melirikn ke Lily. Pasti dia semua yang merencanakan ini. Makanya aku diharuskan datang. Dasar….
Aku turun dengan perasaan yang aneh. Mimpi ku kali ini ataukah hanya khayalan yang terjadi dalam kenyataan. Dan setelah pertandingan ini berakhirlah sudah bercandaan ini. Aku turun dan menghampiri Tommy. “Rossa, will you be my love?” dia berlutut. Dia seperti apa yang kupikirkan selama ini. Apakah Lily telah memberitahu apa yang kusuka dan aku paling inginkan Tommy melakukan hal seperti ini? Entahlah. Aku hanya terdiam dan menjawab, “I do.” Semuanya seperti kisah dongeng tapi itulah yang sesungguhnya terjadi. Selalu ada hitam dan putih. Tuhan memang tak memilihkan apa yang kita mau tapi ia tahu apa yang terbaik untuk kita dan ia pilihkan waktunya hingga indahlah semuanya. Kenyataan di alam mimpi atau mimpi di alam kenyataan. Semua hanya aliran ketika kita menjalankan kehidupan.

No comments: