Kisah nya hanya terlunta-lunta..
Luntang lantung tak jelas..
Manis nya tangis mu kala hujan mengguyur..
Kau janji nya di hilangkan..
Ternyata tak dipenuhi..
Begitu kah bisikan pagi yang menjerumuskan aku..
Menjerumuskan ke dalam kantuk yang menggelapkan..
Menggelapkan kedua mata ku..
Kemana perginya kemarin..
Apakah terlewat atau memang telah berlalu..
Tinggalkan beberapa jejak..
Jejak yang menyedihkan..
Hingga terusik ingin tahu..
Terdengar suara tetesan yangsebelumnya mengumpul di sebuah daun..
Bening dan jernih..
Kumpulan nafas ku kemarin kah..?
Atau memang itu yang kubutuhkan untuk mengobati goresan hati yang terasa mengalun berisik..
Memilu pilar-pilar hatinya..
Saat memohon tetesan itu..
Bahkan merelakan air mata menguap..
Sangat banyak yang tertumpah ruah..
Tak pandai ber sikap dan menuju sebuah tempat yang selalu mengikuti langkah seribu dan juta an bayangan..
Sebuah hati yang terluka tak mampu menjerit lagi..
Serak..
Luka dalam meradang hingga goyang..
Terpatahkan tapi masih mencoba untuk bertahan dalam kesendirian..
Inilah pengakuan penyendiri yang takut akan menghilang dan kehialngan..
Begitu menyindir para kekasih yang tertipu dengan aroma wewangian sang petaka..
Janji ku pada yang abadi hampir terangkat..
Tapi kini merenung dan tidak ingin lagi..
Sungguh menggigil di musim dingin..
Sungguh tersengat di musim panas..
Sunguh terluka di musim semi..
Dan sungguh tak dapat melihat dunia karena musim gugur menjemput embun subuh ku..
Yang tak dapat ku hirup lagi nafas ku kemarin..
Daun gugur di pagi buta…
Dan sang penyair meninggalkan fana nya..
Jumat, 22 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar