Dianggap dan menganggap sudah tak penting lagi. Kesedihan sudah menjalar kedalam dirinya. Memerhatikan sebuah hati yang terluka dari jauh. Berusaha diobati lukanya hingga mengering tapi terluka lagi. Sejentik waktupun berusaha merusak dan terus menghantam jiwa yang sedang goyah.Tak terucap sedikitpun rasa sakit yang dia rasakan karena dia selalu menikmatinya hingga aliran darah mengalir ke kalbu nya.
Dia berdiri sendiri di kemilau taburan bintang, di hadapan rembulan, di tengah-tengah sepi. Menantikan sebuah keajaiban yang tak kunjung datang. Tujuh hari sudah lelaki pujaan nya belum kembali dari peperangan di seberang lautan sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka baik-baik saja? Wajah penuh kesedihan sangatlah tersirat. Semua tak bisa ditutupi oleh Caroline. Sudah 1 tahun dia merajut benang-benang kasih dengan Adam yang seorang angkatan laut.
“Caroline…caroline… kamu dimana?” teriakan tersebut memecah sepi nya pelabuhan di malam sepi itu. “Caroline..caroline..” Suara itu makin mendekat ke arah Caroline. Dan “Caroline.. kamu kemana saja. Aku dan orangtua mu mencari kamu. Apa yang kamu lakukan disini? Ayo kita pulang.” Caroline bergeming. Lalu dia tidak menahan hasrat nya untuk menangis. Tetes demi tetes, membasahi pipi nya. “Aku mengerti apa yang kamu rasakan tapi yakinlah dia akan pulang, hanya untuk dirimu.” Jessie, sahabat Caroline ikut larut dalam suasana haru itu. Dia pun menghapus air mata Caroline. “Ayo kita pulang. Kita tunggu Adam di rumah, dia pasti memarahi aku karena membiarkan kau sendirian di tengah malam di pelabuhan pula.” Jessie merangkul Caroline menuju ke rumah.
****
Tiga hari setelah kejadian itu. Adam dan kru kapal menang dalam peperangan dan telah sampai di pelabuhan. Caroline berlari dari rumah. Dia tidak menghiraukan apa pun, dia menuju ke pelabuhan. Setelah tiba disana dari kejauhan terlihat kapal Adam dan para awak berdiri di haluan kapal, mereka terlihat sangat gagah. Setengah dari orang di kota melihat kejadian itu termasuk Caroline. Caroline mencoba mendekat ke kapal. Dia melihat senyum Adam dan tetap mencoba berjalan mendekat ke kapal. Mata Adam tertuju ke bagian depan tepi pelabuhan. Dalam hati ia berkata, “Caroline belum datang, apa dia tidak tahu kalau aku sudah pulang?” Mata Adam masih mencari-cari sosok wanita berambut pirang itu. Tiba-tiba saja teriakan memecah suasana yang paling dinanti semua orang. “Adam..Adam.. aku disini.” Adam segera turun dari kapal dan menemui Caroline. Mereka berpelukan.
Setelah itu, semua orang di kota itu berpesta atas kemenangan Adam dan para kru kapal. “Adam, selamat yah.” Jessie menyalami tangan Adam. Adam hanya tersenyum. “Aku senang kamu telah kembali, aku hanya takut sesuatu yang ku takutkan akan menjadi nyata. Dan Caroline akan sedih.”
“Ya, aku mengerti maksud mu. Aku akan berusaha sebaik mungkin.” Jawab nya bersemangat dan senyum hangat nya yang membuat hati Jessie berdetup kencang. Jessie mencintai Adam, dan tidak ada seorang pun yang tahu kecuali tuhan dan dirinya.
“Jessie…” Jessie menengok ke arah suara tersebut. Suara itu adalah suara David salah satu kru kapal yang menaruh hati pada nya. David bergegas menghampiri Jessie. “Kok kamu masih hidup? Bukan nya mati aja saat perang.” Sahut Jessie sambil tersenyum.
“Tidak mungkin Jes, saya kuat. Tidak mungkin terkalahkan kecuali Tuhan atau pun wanita. Hahaha…” sambung David dan tawanya.
****
Pesta telah usai dan kehidupan seperti biasa seperti sebelum perang dimulai kembali. Hari itu hari sabtu, teriknya matahari sungguh panas. Caroline tak dapat menahan keringatnya yang keluar dari dalam tubuh nya. Dia berjalan ke tempat dimana Adam bertugas. Dia masuk ke ruang kerja Adam. Adam bertanya, “Apa yang kamu lakukan disini?”
“Aku membawakan mu makanan untuk makan siang. Apa aku salah?” Caroline menunjukkan makanan tersebut ke hadapan Adam.
“Tapi paling tidak kau bisa menelepon ku terlebih dahulu.” Adam bernada tinggi.
“Memang kenapa? Apa aku salah jika ingin memberi mu sedikit kejutan?” Adam hanya diam dan mengacuhkan Caroline. Tiba-tiba ada dua pegawai yang masuk ke ruangan tersebut.
“Apa kamu mau makan siang ini?” Tanya Caroline pada pegawai itu lalu Caroline memberikan makan siang tersebut kepada mereka.
“Terimakasih yah!” salah satu dari kedua pegawai yang mengambil makanan itu tersenyum. Dan Caroline pergi.
“Kalian taruh makanan itu di meja saya dan keluar..” Adam berkata pada kedua pegawai tersebut.
“Tapi…” bantah salah satu dari kedua pegawai itu.
“Apa kalian berdua mau saya pecat?” mereka berdua ketakutan dan makanan ditaruh di meja Adam. Kedua pegawai itu segera pergi dari hadapan Adam. Mereka kembali ke ruangan Adam. “Mau apalagi kalian?” kata Adam. Dia menunjukan sampah yang harus diambil di ruangan tersebut. Setelah mengambilnya, mereka pergi.
****
Caroline datang ke rumah Jessie dan bercerita tentang perlakuan Adam padanya. “Aku benci padanya Jes. Aku benci……sekali……” masuk kamar Jessie sambil marah-marah.
“Hah? Ada apa? Aku sama sekali tidak mengerti maksud mu.” Jawab Jessie penasaran.
“Si Adam tuh nyebelin, bete-in, pokokna benci..benci.. deh sama dia.” Cerocos Caroline.
“Memang kalian bertengkar apalagi?” Jessie semakin penasaran. “Dia selingkuh? E..ee…. dia ngelakuin sesuatu yang buruk sama kamu?” sambung Jessie.
“Tidak semuanya.” Amarah Caroline mulai reda. “Dia tidak melakukan sesuatu yang buruk ataupun memiliki kekasih lain selain aku. Tapi tadi saat sebelum makan siang, aku mengantarkan makan siang kepada Adam. Tapi…” Nada suaranya semakin redup. “Tapi… ia memarahiku. Karena aku tidak menghubunginya sebelum aku kesana. Padahal aku hanya ingin memberikan makan siang untuknya.” Jessie hanya tersenyum.
“Caroline, Adam mungkin sedang sibuk sehingga dia tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk kamu.” Caroline hanya mengangguk. “Jadi, kamu harus bersabar apabila dia memiliki banyak pekerjaan. Apalagi dia sekarang sudah diangkat menjadi kapten.”
“Makasih yah atas nasehatnya, Jes. Kamu tuh temen aku yang paling dewasa dan paling bijak.” Caroline hanya tersenyum dan memeluk Jessie.
****
“Kring..kring…kring…” telepon berdering di ruangan Adam. “Hallo…” Adam mengangkatnya. “Iya..Iya..baik pak saya akan segera kesana.” Lalu Adam menutup telepon nya dan bergegas ke ruangan di ujung lorong. “Permisi pak. Maaf, ada apa tadi bapak memaggil saya?” Tanya dia sambil menghampiri Bapak John, seorang Admiral yang mengawasi peperangan kemarin.
“Ini gawat.” Dia mengatakan dengan tenang tapi sangat dalam sehingga membuat Adam bertanya-tanya.
“Maaf, pak tapi apa yang gawat?” rasa penasaran dari wajah Adam tak bisa ditutupi lagi.
“Menurut bagian pemantauan dan pengawasan, musuh akan segera menyerang. Tapi bukan dari arah barat...” Lalu Admiral melanjutkan perkataannya. “Melainkan dari arah timur.”
“Saya mengerti maksud bapak. Saya dan para kru harus menghadapi mereka dengan hati-hati. Karena bagian timur sangat rawan dengan cuaca laut yang tak bisa kita perkirakan. Tapi apa yang mendasari mereka melakukan penyerangan dari arah timur?” Adam menatap mata Admiral, seolah meyakinkan bahwa mereka semua akan menang dan selamat hingga ke daratan.
“Saya juga tidak tahu. Baiklah kalau kamu mengerti apa maksud saya. Siapkan kru mu dan berangkat besok pagi-pagi sekali.” Adam bergegas keluar dari ruangan Admiral dan menuju ke para kru yang sedang istirahat makan siang.
“Semuanya, musuh akan segera menyerang. Persiapkan dirimu. Besok pagi-pagi sekali kita harus berangkat.” Adam bicara penuh semangat setelah sampai di Kantin. Semua nya mengangguk dan Adam segera menuju kantor nya untuk mempersiapkan keesokkan harinya.
****
Caroline pulang ke rumah di sore hari. Ia menuju kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Di pandangnya foto Adam hingga membuat hasrat rindu Caroline menggebu-gebu. Ingin sekali ia menelepon tapi gengsi yang ada diotak Caroline. Suasana kamar Caroline yang remang-remang mengantarkan ia kepada mimpi indahnya.
Tiba-tiba ditengah mimpi nya, ketukan pintu yang sangat keras mengejutkannya. “Siapa?” Tanya caroline sambil membuka sedikit matanya.
“Ini aku, Jessie. Cepat buka Lin!” teriak Jessie.
“Sabar donk, Jes!” Caroline mengangkat raganya. “Ada apa sih emangnya kok lo bangunin gue malem-malem kayak gini? Ganggu tau.” Caroline melirik jam dan membuka pintu.
“Lin, Adam pergi perang lagi. Sekarang dia sedang briefing di pelabuhan dengan kru kapal lain nya.” Jessie menahan tangis nya. “Dia ke arah timur!” tegas Jessie. Dia tak memberikan Caroline kesempatan untuk berbicara sedikitpun. “Kamu tahu artinya Lin?”
“Ayo cepat kita tak ada waktu lagi untuk berbicara disini.” Caroline dan Jessie bergegas menuju pelabuhan dengan Motor Jessie.
****
Mereka terlambat. Kapal sudah jalan. “Adam…Adam…Kamu jangan pergi…” teriak Caroline dari mulut pelabuhan.
“Tenang saja Caroline! Aku akan baik-baik saja. Aku pasti kembali untukmu.” Teriak Adam dari kejauhan yang semakin lama kapalnya menjauh dan tak terlihat lagi oleh mata telanjang. Caroline jatuh dan menangis. Jessie tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya memeluk Caroline.
****
Hari pertama setelah ditinggal Adam. Caroline hanya menangisi kepergian kekasih nya. Ia memandangi foto Adam. Ia bingung kenapa Adam tak menceritakan soal kepergian nya kali ini. Jessie berusaha menenangkan Caroline.
Hari kedua, sama seperti hari pertama. Caroline hanya bisa menangisi kekasih nya itu dan menyesali. “Kenapa aku tak menelepon Adam dan meminta maaf kemarin? Kenapa aku begitu egois? Kenapa aku terlalu ke kanak-kanakan? Apa ini pertanda baik untuk kita ataukah buruk?” hanya kata-kata itu lah yang selalu bersemayam dalam pikiran Caroline. Hari berikutnya seperti kemarin dan terus meratapi hingga hari dimana para kru kembali.
****
Pikiran buruk yang selalu Jessie pikirkan terjadi. Para kru kembali ke kota tak ada semangat. Jessie dan Caroline datang terlambat ke pelabuhan. Saat Jessie dan Caroline mendekat ke para kru yang sudah turun dari kapal. Suasana yang muncul disana hanyalah bisu, tak ada senyum, tak ada tawa, tak ada teriakan dsb. Semua membisu dan tertegun. Kepala David hanya tertunduk ke tanah dimana ia berpijak. Jessie segera mengetahui apa yang terjadi. Mata Caroline tetap mencari-cari wajah Adam, senyum Adam, dan raga Adam. Tapi matanya tak menemukan apa-apa. Apa ini semua hanya ke jahilan dari sang kekasih atau…? “Adam… Adam…Adammm… Dimana kamu? Jangan bersembunyi dari aku. Apa kau sudah tuli? Cepat datang kemari!” Jessie hanya memeluk sahabat nya itu dan menangis. “Kenapa kau menangis, Jes? Hentikan permainan ini, Adam. Aku lelah. Aku merindukanmu, sungguh!” teriak Caroline lagi sambil merintih. Semua tetap bergeming.
“Lin, Adam was die…” Jessie menangis dan Caroline jatuh ke tanah. “Dia udah gak ada…” sambung Jessie lagi.
“Kamu bohong!” bentak nya pada Jessie. “Kalian bercanda.” Caroline meneteskan air mata yang sudah sedari tadi ditahannya.
“Caroline, aku minta maaf karena aku lah Adam tiada.” David menjatuhkan air mata ke tanah. “Adam terbunuh ketika ingin menyelamatkan aku dari musuh.” Rintihan David sangatlah menggetarkan semua yang hadir. Caroline terisak-isak. David jatuh dan berlutut di hadapan Caroline. “Maaf kan aku Caroline… Maaf…” Caroline luluh bergeming. Hati Caroline sungguh tersayat. Nanah yang mengendap, menyeruak ke permukaan. Jessie memapah Caroline untuk bangkit dan segera pulang ke rumah Caroline.
“Tunggu!” David mengeluarkan sesuatu dari kantong celana nya. “Ini! Maaf agak kotor!” David memberikan sepucuk surat kepada Caroline.
“Apa ini?” Tanya Jessie dan ia mengambil surat tersebut. Lalu Jessie menyobek surat itu dan ingin membaca nya.
“Maaf, Jes! Tapi surat ini bukan untukmu melainkan Caroline dan yang harus membaca nya juga Caroline. Ini amanat dari Adam.” Jessie menyerahkan surat tersebut ke Caroline.
Surat Adam
Sayang, apa kabar? Maaf yah jika aku tidak memberitahukan mu tentang kepergian ku ini. Bukan maksudku untuk tidak memberitahukan mu tapi aku hanya tidak ingin membuat mu khawatir. Maafkan juga yah, atas sikapku yang kemarin! Mungkin aku agak sedikit kasar padamu dan membuat mu kesal tapi sungguh aku tidak ada maksud berbuat seperti itu. Aku sudah makan masakan mu dan itu enak sekali. Terimakasih yah, aku sangat menghargai mu. Mungkin surat-surat an seperti ini seperti hal classic tapi tidak bagi ku. Aku pasti kembali hanya untuk mu tapi jika aku tak kembali… janganlah kau bermuram durja ataupun bersedih. Aku sudah berjuang sekuat tenaga tapi Tuhan berkehendak lain… Hahaha… Maaf yah sayang bila aku berkata seperti ini tapi kita harus berpikir hal yang buruk juga kan!
Ada satu hal yang aku ingin minta dari kamu apabila aku tidak bisa kembali. Tolong tulislah yang kamu lakukan dari bangun pagi hingga malam hari pada satu lembar kertas dan masukan kedalam botol. Setelah itu, buang botol nya ke laut agar aku bisa mengetahui apa yang kamu lakukan pada hari itu. Maukah kau melakukan itu untuk ku? Hmmm… untuk Jessie, tolonglah jaga Caroline dan terimalah pinangan David. Hehehe…
Your Love,
Adam
Kamis, 09 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar