Era globalisasi makin maju dan pertumbuhan penduduk makin pesat, membuat nilai-nilai moral semakin berkurang. Pergaulan menjadi semakin bebas sehingga melanggar batas-batas nilai moral dan agama. Sekarang semua orang ketika mendengar pergaulan bebas pasti berujung pada konotasi yang “Negatif”. Mungkin sebagian orang benar tapi kita tidak boleh menghakimi seseorang seperti itu. Adakalanya kita harus mencari tahu, apakah itu benar atau tidak. Para pelaku dalam pergaulan bebas sebenarnya terbentuk dari rasa coba-coba, ingin tahu, ataupun karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Meskipun masih banyak hal lagi yang mendasari mereka melakukan itu. Sebagian besar pelaku dari pergaulan bebas itu adalah remaja, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa orang dewasa juga melakukan itu. Hubungan seks yang seharusnya dilakukan setelah ikatan pernikahan dianggap wajar saat mereka berpacaran. Hal-hal seperti ini merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi para orang tua.
Orang tua mungkin menjadi yang paling disalahkan saat seperti ini. Apakah mereka kurang memberikan perhatian? Apakah mereka salah mendidik? Atau apakah mereka yang sulit mengerti yang dimau oleh anak? Semua pertanyaan itu masih belum terjawab. Orang tua merupakan perpustakaan anak. Tempat untuk bercerita, bertanya ketika mereka membutuhkan informasi, dan memberi pengarahan. Jika para orang tua salah sedikit atau lalai dalam mendidik anak, jadilah ia terjerumus dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang paling sering dilihat secara terang-terangan selain seks bebas adalah kumpul kebo. Tidak hanya remaja,tetapi orang-orang yang sudah berumur pun melakukan nya. Usia kini bukan lah suatu pautan untuk melakukan hal seperti ini. Begitu banyak tempat-tempat seperti kost-kost an atau kontrakan yang tidak memedulikan status mereka. Para pemilik tempat hanya berpikir kost an atau kontrakan mereka penuh artinya mereka mendapatkan uang.
Mungkin ada juga pemilik yang memperhatikan tentang status, tapi itupun hanya bertahan dua bulan. Setelah itu para pasangan kumpul kebo mulai mengajak pasangan mereka ke tempat tinggal dan tinggal bersama.
Akibat yang ditimbulkan dari pergaulan bebas yaitu, terkena HIV/AIDS, hamil di luar nikah, di jauhi masyarakat, dan dosa. HIV/AIDS, penyakit yang paling ditakuti oleh setiap orang dan para pelaku pergaulan bebas. Karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Tapi mereka tetap menyepelekan penyakit ini, banyak dari mereka masih menganggap kondom benda yang dapat mengamankan penyakit itu. Hamil, banyak para remaja putri yang sering ketakutan setelah mereka berhubungan dengan kekasih mereka ataupun pelanggan mereka. Tapi banyak juga dari mereka yang tidak takut karena memiliki cara-cara yang ampuh untuk membunuh janin-janin tak berdosa itu. Meskipun yang dia lakukan adalah sebuah dosa, mereka mengaborsi janin tersebut tanpa rasa takut. Yang mereka pikirkan hanyalah takut ketahuan oleh orangtua mereka ataupun masyarakat sekitar. Di kucilkan masyarakat, para pelaku pergaulan bebas tidak terlalu memedulikan dampak ini. Tapi impact yang pasti dirasakan dari di kucilkan sangat besar, tak ada orang yang mau respect kepada dia saat kesulitan, tak ada yang menganggap dia sebagai bagian dari warga setempat. Dosa, adalah hal yang paling ditakuti dan yang paling di nomor terakhirkan. Karena setiap orang pun tahu jika melakukan hal yang dilanggar oleh Tuhan akan mendapatkan dosa, tapi dosa itu selalu di nomor terakhirkan oleh mereka. Yang di nomor satukan adalah kenikmatan duniawi.
Hal-hal diatas ini merupakan kejadian yang sering kita temui dalam media massa atau kehidupan sehari-hari. Pergaulan bebas sangat memprihatinkan disaat bangsa kita sedang berkembang. Orangtua berperan sangat penting sebagai pendengar dan pemberi informasi bagi anak,urang tua juga harus mendidik mereka dengan baik dan harus mengawasi apa yang anaknya lakukan tapi tidak dengan sikap yang berlebihan. Orangtua bukanlah yang sepenuhnya patut disalahkan, tapi masyarakat juga harus memerhatikan kondisi lingkungan mereka dengan baik. Masyarakat juga perlu menasehati orang-orang yang pergaulannya hampir melebihi batas-batas norma yang ada agar mereka tidak terlampau jauh jatuh dalam keterpurukan dari kesalahan yang mereka perbuat. Dampak yang mereka rasakan juga seharusnya menjadi peringatan bagi mereka agar mereka taubat dan kembali ke jalan yang benar. Orangtua dan masyarakat juga jangan menjauhi mereka seakan-akan mereka kotoran yang pantas dibuang, diinjak, ataupun dijauhi, tapi rangkulah mereka dan ajak mereka bicara dari hati ke hati.
Minggu, 05 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar