Pagi yang sangat tenang di rumah nenek Saidah. Aku dan adik sangat senang jika liburan ke rumah nenek Saidah. Di rumah nenek Saidah itu tidak ada polusi udara yang sering menyesakkan dada ku. Mungkin karena rumah nenek di daerah pegunungan. Aku dan kedua adik sedang makan bubur yang dibuat oleh nenek. Rasanya sangat enak daripada tukang bubur di jalanan yang sudah terkena asap atau debu kendaraan bermotor. “Laura, kapan mama dan papa kamu datang menjemput?” nenek tersenyum padaku.
“Aku juga gak tahu nek. Soal nya di Jakarta papa dan mama masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan. Mungkin 3 hari lagi, nek.” Aku membalas senyum nenek. Lalu nenek duduk di kursi goyang nya, tempat favorit nenek. Nama ku Laura. Umurku 5 tahun. Aku akan masuk TK. Adik ku yang pertama laki-laki, namanya Junior. Dia berumur 2 tahun. Dan yang satu lagi perempuan tapi itu kata ibu. Ibu sedang hamil 7 bulan. Kata ibu, ia sudah USG atau melihat bayi di dalam perut dengan alat. Lalu kata ibu, adik ku nanti adalah perempuan. Senang nya aku memiliki adik nantinya.
“Kring…kring…kring” Aku segera mengambil telepon dan mengangkatnya. “Halo!” aku langsung menyapa dan berharap ayah dan ibu yang menelepon.
“Laura, ini mama.” Untung mama. Tapi ada apa yah mama telepon? Apa dia tidak akan jadi kesini? Aku penasaran.
“Laura siapa itu yang menelepon?” nenek Saidah berteriak kencang sekali. Padahal jarak antara aku dan telepon tidak lah terlampau jauh. Dia berjalan mendekati ku.
“Mama, nek.” Nenek berjalan sedikit demi sedikit kea rah ku. “Ada apa mah? Papa dan Mama jadi kan kesini?” nenek langsung merebut telepon nya dari aku.
“Kamu harus datang sekarang yah. Kasihan ini Junior menangis terus.” Nenek berbohong pada mama. Aku kan bisa memberikan Junior susu bila dia rewel ataupun sedang menangis.
“Iya bu, aku akan datang dengan Prince.” Nenek hanya mengangguk. Telepon terputus. Tapi kapan mama dan papa datang? Mereka hanya bilang akan. Ah tidak pasti. Terkadang orangtua memang seringkali membohongi nya untuk alas an pribadi atau yang tak jelas. Tapi mereka tetaplah orangtua yang paling baik di seluruh dunia. Dan aku juga menyayangi mereka.
****
Hati ku sangat tak enak sudah seharian semenjak kemarin ibu menelepon. “Nek, mama kapan datang?” nenek hanya menggeleng. Malam yang sangat dingin dan sejuk membuat aku sangat mengantuk. Sebelum tidur aku sangat haus. Aku ke dapur dan membuat air hangat. Saat aku menuangkan air panas dari termos, aku melamun sehingga gelas nya terisi penuh dan pecah. Aku terkena sedikit air panas nya. aku menangis dan seisi rumah nenek menuju ke arah ku.
“Ada apa Laura?” bibi Katie segera membersihkan meja dan pecahan gelas. Aku turun sambil menangis karena percikan air panas yang masih menempel dan sangat terasa.
“Ya sudah kamu pergi cuci tangan dan bagian yang perih kamu kasih odol yah!” nenek juga datang. Tiba-tiba telepon berdering. “Halo!” nenek mengangkat telepon. Dan aku menuju ke kamar mandi tapi aku menengok sekilas ke arah nenek. Wajah nya terlihat seperti yang sedang mengkhawatirkan sesuatu dan sangat cemas. Setelah dari toilet aku segera tidur.
****
Pagi datang dan merenggut mimpi ku lagi. Aku bangun dengan perasaan yang sangat gundah. Rasa sakit akibat percikan air panas sudah tidak terasa lagi tapi apa yang membuat aku menjadi seperti ini? Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, aku hanyalah seorang anak kecil. “Nek, tadi malam siapa yang menelepon?” aku sangat penasaran dari semalam. Penelepon itu membuat nenek khawatir.
“Bukan siapa-siapa. Ya sudah kamu sarapan dulu sana.” Nenek tersenyum. Apakah yang terjadi perasaan ku semakin menguat. Aku ke meja makan. Sepertinya nenek menyembunyikan sesuatu dari aku. Baiklah nanti aku yang akan mencari tau nya sendiri. Karena yang namanya wangi pasti kan tercium juga. Aku makan. Aku masih merasakan perasaan yang sama, hingga membuat aku tersedak. Bbi Katie memberikan ku minuman. Mama kenapa belum datang juga yah?
****
3 hari kemudian mama datang sendiri diantar paman Josh. “Papa mana ma?” mama hanya tersenyum dan membisu. Mama langsung ke kamar Nenek dan entah apa yang terjadi selanjutnya. Aku tak bisa mendekat ke kamar itu dan mendengar percakapan antara mama dan nenek. Aku harap rasa ke ingintahuan ku tidak menjadikan boomerang untuk ku. Aku harap semua baik-baik saja.
1 jam berlalu mama keluar dengan mata sembab. Apa mama habis menangis? Entahlah. Tapi pasti ada sebabnya. Mama mengambil adik dan membereskan perlengkapan ku dan adik. Lalu kami pergi dari rumah nenek. 2 hari lagi aku masuk TK. Aku sudah tak sabar lagi.
****
Sampai dirumah aku menanyakan papa. “Ma, papa kok gak ikut kerumah nenek jemput kami sih?” mama hanya tersenyum dan bisu. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir mama. Mama langsung istirahat di kamar. Aroma tubuh papa tidak bisa aku temukan. Biasa nya kalau pun papa pergi kerja, wangi nya pasti ada di sudut kamarku. Tapi kini wangi papa aku gak bisa cium lagi.
Sebentar lagi jam papa pulang kantor. Lalu aku mandi dan siap bermain dengan papa. Suara mobil berhenti di depan rumah ku. “Kayak nya bunyi mobil papa deh.” Aku membuka pintu dan tersenyum. Tapi saat aku membuka mata, ternyata paman Josh.
“Mama dimana sayang?” paman Josh memberikan aku permen cokelat.
“Di kamar om sedang tidur-tiduran.” Aku bertanya lagi. “Paman tahu dimana papa?” paman Josh menggeleng. Lalu dia melangkahkan kaki nya ke kamar Mama. Paman Josh adalah adik dari mama. Dia pernah ingin menikah tapi tidak jadi, entah kenapa. “Papa kok pulang kerja nya lama sekali yah?” lalu aku ke kamar mama. “Ma, kok papa belum pulang yah? Aku kangen banget sama papa, ma.” Mama tersenyum tapi mata yang menahan berjuta-juta tetesan air mata itu tak mampu bertahan lagi. Setetes demi tetes air mata mama jatuh.
“Laura, sini sama mama.” Aku naik ke kasur dan paman Josh pulang. “Nak, papa kamu sedang pergi ketempat yang jauh sekali.” Mama menangis lagi.
“Iya jauh nya kemana? Amerika? Atau apa?” aku semakin penasaran. “Kenapa mama tidak ikut?” aku menatap mama. “Dan apa yang papa lakukan disana?”
“Lebih jauh nak. Mama kan sedang mengandung adik mu. Jadi mama tidak bisa ikut papa mu. Papa disana sedang bertugas.” Mama menghapus air matanya.
“Terus kapan papa pulang?” mama menggeleng. Dan mencium dahi ku. Aku turun dari tempat tidur dan mencari papa di setiap sudut rumah. Tapi aku tak menemukan nya. Aku mencari nya juga di luar rumah. Tapi aku tak bisa menemukan papa. Perasaan ku sungguh tak enak.
Aku merindukan nya sungguh. Aku masuk ke kamar ku. Aku rindu bermain dengan papa. Aku rindu melihat tawa papa. Aku rindu mendengar suara papa. Aku rindu mencium wangi papa. Aku rindu segalanya tentang papa. Apa ayah sudah tak sayang lagi pada ku dan Junior? Mengapa ia meninggalkan aku, Junior dan mama? Tanpa terasa mataku terasa berat. Aku mencium wangi papa di sebelahku dan aku merasakan papa membelai rambutku, mengelus pipi ku dan mencium kening ku. Dia menghantarkanku ke alam mimpi.
****
Matahari terbit. Aku bangun dari tidurku dan mencari papa di kamar mama tapi papa tidak ada. Papa diamanpun kau berada aku merindukan mu dan aku menyayangimu sepenuh hatiku. Aku bangga memiliki papa seperti kamu. Karena papa adalah papa yang terbaik yang tak pernah ku bayang kan saat aku lahir ke dunia ini. Terimakasih papa atas segala yang telah kau berikan. Aku hanya mengucap itu di depan pintu rumah. Berharap papa cepat pulang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar