Jumat, 10 Juli 2009

PAPA

Pagi yang sangat tenang di rumah nenek Saidah. Aku dan adik sangat senang jika liburan ke rumah nenek Saidah. Di rumah nenek Saidah itu tidak ada polusi udara yang sering menyesakkan dada ku. Mungkin karena rumah nenek di daerah pegunungan. Aku dan kedua adik sedang makan bubur yang dibuat oleh nenek. Rasanya sangat enak daripada tukang bubur di jalanan yang sudah terkena asap atau debu kendaraan bermotor. “Laura, kapan mama dan papa kamu datang menjemput?” nenek tersenyum padaku.

“Aku juga gak tahu nek. Soal nya di Jakarta papa dan mama masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan. Mungkin 3 hari lagi, nek.” Aku membalas senyum nenek. Lalu nenek duduk di kursi goyang nya, tempat favorit nenek. Nama ku Laura. Umurku 5 tahun. Aku akan masuk TK. Adik ku yang pertama laki-laki, namanya Junior. Dia berumur 2 tahun. Dan yang satu lagi perempuan tapi itu kata ibu. Ibu sedang hamil 7 bulan. Kata ibu, ia sudah USG atau melihat bayi di dalam perut dengan alat. Lalu kata ibu, adik ku nanti adalah perempuan. Senang nya aku memiliki adik nantinya.
“Kring…kring…kring” Aku segera mengambil telepon dan mengangkatnya. “Halo!” aku langsung menyapa dan berharap ayah dan ibu yang menelepon.

“Laura, ini mama.” Untung mama. Tapi ada apa yah mama telepon? Apa dia tidak akan jadi kesini? Aku penasaran.

“Laura siapa itu yang menelepon?” nenek Saidah berteriak kencang sekali. Padahal jarak antara aku dan telepon tidak lah terlampau jauh. Dia berjalan mendekati ku.

“Mama, nek.” Nenek berjalan sedikit demi sedikit kea rah ku. “Ada apa mah? Papa dan Mama jadi kan kesini?” nenek langsung merebut telepon nya dari aku.

“Kamu harus datang sekarang yah. Kasihan ini Junior menangis terus.” Nenek berbohong pada mama. Aku kan bisa memberikan Junior susu bila dia rewel ataupun sedang menangis.

“Iya bu, aku akan datang dengan Prince.” Nenek hanya mengangguk. Telepon terputus. Tapi kapan mama dan papa datang? Mereka hanya bilang akan. Ah tidak pasti. Terkadang orangtua memang seringkali membohongi nya untuk alas an pribadi atau yang tak jelas. Tapi mereka tetaplah orangtua yang paling baik di seluruh dunia. Dan aku juga menyayangi mereka.

****

Hati ku sangat tak enak sudah seharian semenjak kemarin ibu menelepon. “Nek, mama kapan datang?” nenek hanya menggeleng. Malam yang sangat dingin dan sejuk membuat aku sangat mengantuk. Sebelum tidur aku sangat haus. Aku ke dapur dan membuat air hangat. Saat aku menuangkan air panas dari termos, aku melamun sehingga gelas nya terisi penuh dan pecah. Aku terkena sedikit air panas nya. aku menangis dan seisi rumah nenek menuju ke arah ku.

“Ada apa Laura?” bibi Katie segera membersihkan meja dan pecahan gelas. Aku turun sambil menangis karena percikan air panas yang masih menempel dan sangat terasa.

“Ya sudah kamu pergi cuci tangan dan bagian yang perih kamu kasih odol yah!” nenek juga datang. Tiba-tiba telepon berdering. “Halo!” nenek mengangkat telepon. Dan aku menuju ke kamar mandi tapi aku menengok sekilas ke arah nenek. Wajah nya terlihat seperti yang sedang mengkhawatirkan sesuatu dan sangat cemas. Setelah dari toilet aku segera tidur.

****

Pagi datang dan merenggut mimpi ku lagi. Aku bangun dengan perasaan yang sangat gundah. Rasa sakit akibat percikan air panas sudah tidak terasa lagi tapi apa yang membuat aku menjadi seperti ini? Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, aku hanyalah seorang anak kecil. “Nek, tadi malam siapa yang menelepon?” aku sangat penasaran dari semalam. Penelepon itu membuat nenek khawatir.
“Bukan siapa-siapa. Ya sudah kamu sarapan dulu sana.” Nenek tersenyum. Apakah yang terjadi perasaan ku semakin menguat. Aku ke meja makan. Sepertinya nenek menyembunyikan sesuatu dari aku. Baiklah nanti aku yang akan mencari tau nya sendiri. Karena yang namanya wangi pasti kan tercium juga. Aku makan. Aku masih merasakan perasaan yang sama, hingga membuat aku tersedak. Bbi Katie memberikan ku minuman. Mama kenapa belum datang juga yah?

****

3 hari kemudian mama datang sendiri diantar paman Josh. “Papa mana ma?” mama hanya tersenyum dan membisu. Mama langsung ke kamar Nenek dan entah apa yang terjadi selanjutnya. Aku tak bisa mendekat ke kamar itu dan mendengar percakapan antara mama dan nenek. Aku harap rasa ke ingintahuan ku tidak menjadikan boomerang untuk ku. Aku harap semua baik-baik saja.
1 jam berlalu mama keluar dengan mata sembab. Apa mama habis menangis? Entahlah. Tapi pasti ada sebabnya. Mama mengambil adik dan membereskan perlengkapan ku dan adik. Lalu kami pergi dari rumah nenek. 2 hari lagi aku masuk TK. Aku sudah tak sabar lagi.

****

Sampai dirumah aku menanyakan papa. “Ma, papa kok gak ikut kerumah nenek jemput kami sih?” mama hanya tersenyum dan bisu. Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir mama. Mama langsung istirahat di kamar. Aroma tubuh papa tidak bisa aku temukan. Biasa nya kalau pun papa pergi kerja, wangi nya pasti ada di sudut kamarku. Tapi kini wangi papa aku gak bisa cium lagi.

Sebentar lagi jam papa pulang kantor. Lalu aku mandi dan siap bermain dengan papa. Suara mobil berhenti di depan rumah ku. “Kayak nya bunyi mobil papa deh.” Aku membuka pintu dan tersenyum. Tapi saat aku membuka mata, ternyata paman Josh.

“Mama dimana sayang?” paman Josh memberikan aku permen cokelat.

“Di kamar om sedang tidur-tiduran.” Aku bertanya lagi. “Paman tahu dimana papa?” paman Josh menggeleng. Lalu dia melangkahkan kaki nya ke kamar Mama. Paman Josh adalah adik dari mama. Dia pernah ingin menikah tapi tidak jadi, entah kenapa. “Papa kok pulang kerja nya lama sekali yah?” lalu aku ke kamar mama. “Ma, kok papa belum pulang yah? Aku kangen banget sama papa, ma.” Mama tersenyum tapi mata yang menahan berjuta-juta tetesan air mata itu tak mampu bertahan lagi. Setetes demi tetes air mata mama jatuh.

“Laura, sini sama mama.” Aku naik ke kasur dan paman Josh pulang. “Nak, papa kamu sedang pergi ketempat yang jauh sekali.” Mama menangis lagi.

“Iya jauh nya kemana? Amerika? Atau apa?” aku semakin penasaran. “Kenapa mama tidak ikut?” aku menatap mama. “Dan apa yang papa lakukan disana?”

“Lebih jauh nak. Mama kan sedang mengandung adik mu. Jadi mama tidak bisa ikut papa mu. Papa disana sedang bertugas.” Mama menghapus air matanya.

“Terus kapan papa pulang?” mama menggeleng. Dan mencium dahi ku. Aku turun dari tempat tidur dan mencari papa di setiap sudut rumah. Tapi aku tak menemukan nya. Aku mencari nya juga di luar rumah. Tapi aku tak bisa menemukan papa. Perasaan ku sungguh tak enak.

Aku merindukan nya sungguh. Aku masuk ke kamar ku. Aku rindu bermain dengan papa. Aku rindu melihat tawa papa. Aku rindu mendengar suara papa. Aku rindu mencium wangi papa. Aku rindu segalanya tentang papa. Apa ayah sudah tak sayang lagi pada ku dan Junior? Mengapa ia meninggalkan aku, Junior dan mama? Tanpa terasa mataku terasa berat. Aku mencium wangi papa di sebelahku dan aku merasakan papa membelai rambutku, mengelus pipi ku dan mencium kening ku. Dia menghantarkanku ke alam mimpi.

****

Matahari terbit. Aku bangun dari tidurku dan mencari papa di kamar mama tapi papa tidak ada. Papa diamanpun kau berada aku merindukan mu dan aku menyayangimu sepenuh hatiku. Aku bangga memiliki papa seperti kamu. Karena papa adalah papa yang terbaik yang tak pernah ku bayang kan saat aku lahir ke dunia ini. Terimakasih papa atas segala yang telah kau berikan. Aku hanya mengucap itu di depan pintu rumah. Berharap papa cepat pulang.

Kamis, 09 Juli 2009

Daddy

Ayah, kamu dimana?
Aku mencari mu kemanapun tapi aku tak dapat menemukan mu
Bahkan jejak-jejak mu tak dapat lagi ku lihat

Ayah, aku merindukan mu
Aku rindu bermain dengan ayah
Aku rindu mendengar cerita ayah
Aku rindu mendengar suara ayah

Ayah, kamu pergi kemana?
Kata Ibu, Kamu pergi ke Surga
Tapi mengapa kamu tidak membawa ku, adik dan ibu?
Apa kamu lupa dengan kami?
Apa kamu tidak lagi menyayangi kami?

Ayah, mungkin aku masih kecil tapi nanti aku akan beranjak dewasa
Apa nanti ayah bisa melihat aku?
Kata Ibu, Ayah akan selalu mengawasi ku dari Surga
Apa sih yang ayah lakukan di Surga sana?
Bolehkah suatu saat nanti aku kesana mengunjungi mu?


Ayah adalah ayah yang terbaik yang tak pernah kubayangkan yang kumiliki selama ini
Aku bangga
Aku sangat senang
Tapi sekarang tidak

Ayah, aku kasihan pada ibu
Dia harus menjaga aku dan kedua adik
Dia juga harus bekerja
Dia sungguh lelah
Apakah ayah masih lama disana?


Ayah, aku hanya ingin bilang
“Aku sangat menyayangi ayah”

Message For Caroline

Dianggap dan menganggap sudah tak penting lagi. Kesedihan sudah menjalar kedalam dirinya. Memerhatikan sebuah hati yang terluka dari jauh. Berusaha diobati lukanya hingga mengering tapi terluka lagi. Sejentik waktupun berusaha merusak dan terus menghantam jiwa yang sedang goyah.Tak terucap sedikitpun rasa sakit yang dia rasakan karena dia selalu menikmatinya hingga aliran darah mengalir ke kalbu nya.
Dia berdiri sendiri di kemilau taburan bintang, di hadapan rembulan, di tengah-tengah sepi. Menantikan sebuah keajaiban yang tak kunjung datang. Tujuh hari sudah lelaki pujaan nya belum kembali dari peperangan di seberang lautan sana. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa mereka baik-baik saja? Wajah penuh kesedihan sangatlah tersirat. Semua tak bisa ditutupi oleh Caroline. Sudah 1 tahun dia merajut benang-benang kasih dengan Adam yang seorang angkatan laut.

“Caroline…caroline… kamu dimana?” teriakan tersebut memecah sepi nya pelabuhan di malam sepi itu. “Caroline..caroline..” Suara itu makin mendekat ke arah Caroline. Dan “Caroline.. kamu kemana saja. Aku dan orangtua mu mencari kamu. Apa yang kamu lakukan disini? Ayo kita pulang.” Caroline bergeming. Lalu dia tidak menahan hasrat nya untuk menangis. Tetes demi tetes, membasahi pipi nya. “Aku mengerti apa yang kamu rasakan tapi yakinlah dia akan pulang, hanya untuk dirimu.” Jessie, sahabat Caroline ikut larut dalam suasana haru itu. Dia pun menghapus air mata Caroline. “Ayo kita pulang. Kita tunggu Adam di rumah, dia pasti memarahi aku karena membiarkan kau sendirian di tengah malam di pelabuhan pula.” Jessie merangkul Caroline menuju ke rumah.
****

Tiga hari setelah kejadian itu. Adam dan kru kapal menang dalam peperangan dan telah sampai di pelabuhan. Caroline berlari dari rumah. Dia tidak menghiraukan apa pun, dia menuju ke pelabuhan. Setelah tiba disana dari kejauhan terlihat kapal Adam dan para awak berdiri di haluan kapal, mereka terlihat sangat gagah. Setengah dari orang di kota melihat kejadian itu termasuk Caroline. Caroline mencoba mendekat ke kapal. Dia melihat senyum Adam dan tetap mencoba berjalan mendekat ke kapal. Mata Adam tertuju ke bagian depan tepi pelabuhan. Dalam hati ia berkata, “Caroline belum datang, apa dia tidak tahu kalau aku sudah pulang?” Mata Adam masih mencari-cari sosok wanita berambut pirang itu. Tiba-tiba saja teriakan memecah suasana yang paling dinanti semua orang. “Adam..Adam.. aku disini.” Adam segera turun dari kapal dan menemui Caroline. Mereka berpelukan.


Setelah itu, semua orang di kota itu berpesta atas kemenangan Adam dan para kru kapal. “Adam, selamat yah.” Jessie menyalami tangan Adam. Adam hanya tersenyum. “Aku senang kamu telah kembali, aku hanya takut sesuatu yang ku takutkan akan menjadi nyata. Dan Caroline akan sedih.”

“Ya, aku mengerti maksud mu. Aku akan berusaha sebaik mungkin.” Jawab nya bersemangat dan senyum hangat nya yang membuat hati Jessie berdetup kencang. Jessie mencintai Adam, dan tidak ada seorang pun yang tahu kecuali tuhan dan dirinya.

“Jessie…” Jessie menengok ke arah suara tersebut. Suara itu adalah suara David salah satu kru kapal yang menaruh hati pada nya. David bergegas menghampiri Jessie. “Kok kamu masih hidup? Bukan nya mati aja saat perang.” Sahut Jessie sambil tersenyum.

“Tidak mungkin Jes, saya kuat. Tidak mungkin terkalahkan kecuali Tuhan atau pun wanita. Hahaha…” sambung David dan tawanya.

****

Pesta telah usai dan kehidupan seperti biasa seperti sebelum perang dimulai kembali. Hari itu hari sabtu, teriknya matahari sungguh panas. Caroline tak dapat menahan keringatnya yang keluar dari dalam tubuh nya. Dia berjalan ke tempat dimana Adam bertugas. Dia masuk ke ruang kerja Adam. Adam bertanya, “Apa yang kamu lakukan disini?”

“Aku membawakan mu makanan untuk makan siang. Apa aku salah?” Caroline menunjukkan makanan tersebut ke hadapan Adam.

“Tapi paling tidak kau bisa menelepon ku terlebih dahulu.” Adam bernada tinggi.

“Memang kenapa? Apa aku salah jika ingin memberi mu sedikit kejutan?” Adam hanya diam dan mengacuhkan Caroline. Tiba-tiba ada dua pegawai yang masuk ke ruangan tersebut.

“Apa kamu mau makan siang ini?” Tanya Caroline pada pegawai itu lalu Caroline memberikan makan siang tersebut kepada mereka.

“Terimakasih yah!” salah satu dari kedua pegawai yang mengambil makanan itu tersenyum. Dan Caroline pergi.

“Kalian taruh makanan itu di meja saya dan keluar..” Adam berkata pada kedua pegawai tersebut.

“Tapi…” bantah salah satu dari kedua pegawai itu.

“Apa kalian berdua mau saya pecat?” mereka berdua ketakutan dan makanan ditaruh di meja Adam. Kedua pegawai itu segera pergi dari hadapan Adam. Mereka kembali ke ruangan Adam. “Mau apalagi kalian?” kata Adam. Dia menunjukan sampah yang harus diambil di ruangan tersebut. Setelah mengambilnya, mereka pergi.

****

Caroline datang ke rumah Jessie dan bercerita tentang perlakuan Adam padanya. “Aku benci padanya Jes. Aku benci……sekali……” masuk kamar Jessie sambil marah-marah.
“Hah? Ada apa? Aku sama sekali tidak mengerti maksud mu.” Jawab Jessie penasaran.
“Si Adam tuh nyebelin, bete-in, pokokna benci..benci.. deh sama dia.” Cerocos Caroline.

“Memang kalian bertengkar apalagi?” Jessie semakin penasaran. “Dia selingkuh? E..ee…. dia ngelakuin sesuatu yang buruk sama kamu?” sambung Jessie.

“Tidak semuanya.” Amarah Caroline mulai reda. “Dia tidak melakukan sesuatu yang buruk ataupun memiliki kekasih lain selain aku. Tapi tadi saat sebelum makan siang, aku mengantarkan makan siang kepada Adam. Tapi…” Nada suaranya semakin redup. “Tapi… ia memarahiku. Karena aku tidak menghubunginya sebelum aku kesana. Padahal aku hanya ingin memberikan makan siang untuknya.” Jessie hanya tersenyum.

“Caroline, Adam mungkin sedang sibuk sehingga dia tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk kamu.” Caroline hanya mengangguk. “Jadi, kamu harus bersabar apabila dia memiliki banyak pekerjaan. Apalagi dia sekarang sudah diangkat menjadi kapten.”

“Makasih yah atas nasehatnya, Jes. Kamu tuh temen aku yang paling dewasa dan paling bijak.” Caroline hanya tersenyum dan memeluk Jessie.

****

“Kring..kring…kring…” telepon berdering di ruangan Adam. “Hallo…” Adam mengangkatnya. “Iya..Iya..baik pak saya akan segera kesana.” Lalu Adam menutup telepon nya dan bergegas ke ruangan di ujung lorong. “Permisi pak. Maaf, ada apa tadi bapak memaggil saya?” Tanya dia sambil menghampiri Bapak John, seorang Admiral yang mengawasi peperangan kemarin.

“Ini gawat.” Dia mengatakan dengan tenang tapi sangat dalam sehingga membuat Adam bertanya-tanya.

“Maaf, pak tapi apa yang gawat?” rasa penasaran dari wajah Adam tak bisa ditutupi lagi.

“Menurut bagian pemantauan dan pengawasan, musuh akan segera menyerang. Tapi bukan dari arah barat...” Lalu Admiral melanjutkan perkataannya. “Melainkan dari arah timur.”

“Saya mengerti maksud bapak. Saya dan para kru harus menghadapi mereka dengan hati-hati. Karena bagian timur sangat rawan dengan cuaca laut yang tak bisa kita perkirakan. Tapi apa yang mendasari mereka melakukan penyerangan dari arah timur?” Adam menatap mata Admiral, seolah meyakinkan bahwa mereka semua akan menang dan selamat hingga ke daratan.

“Saya juga tidak tahu. Baiklah kalau kamu mengerti apa maksud saya. Siapkan kru mu dan berangkat besok pagi-pagi sekali.” Adam bergegas keluar dari ruangan Admiral dan menuju ke para kru yang sedang istirahat makan siang.

“Semuanya, musuh akan segera menyerang. Persiapkan dirimu. Besok pagi-pagi sekali kita harus berangkat.” Adam bicara penuh semangat setelah sampai di Kantin. Semua nya mengangguk dan Adam segera menuju kantor nya untuk mempersiapkan keesokkan harinya.

****

Caroline pulang ke rumah di sore hari. Ia menuju kamar dan merebahkan dirinya di kasur. Di pandangnya foto Adam hingga membuat hasrat rindu Caroline menggebu-gebu. Ingin sekali ia menelepon tapi gengsi yang ada diotak Caroline. Suasana kamar Caroline yang remang-remang mengantarkan ia kepada mimpi indahnya.
Tiba-tiba ditengah mimpi nya, ketukan pintu yang sangat keras mengejutkannya. “Siapa?” Tanya caroline sambil membuka sedikit matanya.

“Ini aku, Jessie. Cepat buka Lin!” teriak Jessie.

“Sabar donk, Jes!” Caroline mengangkat raganya. “Ada apa sih emangnya kok lo bangunin gue malem-malem kayak gini? Ganggu tau.” Caroline melirik jam dan membuka pintu.

“Lin, Adam pergi perang lagi. Sekarang dia sedang briefing di pelabuhan dengan kru kapal lain nya.” Jessie menahan tangis nya. “Dia ke arah timur!” tegas Jessie. Dia tak memberikan Caroline kesempatan untuk berbicara sedikitpun. “Kamu tahu artinya Lin?”

“Ayo cepat kita tak ada waktu lagi untuk berbicara disini.” Caroline dan Jessie bergegas menuju pelabuhan dengan Motor Jessie.

****

Mereka terlambat. Kapal sudah jalan. “Adam…Adam…Kamu jangan pergi…” teriak Caroline dari mulut pelabuhan.

“Tenang saja Caroline! Aku akan baik-baik saja. Aku pasti kembali untukmu.” Teriak Adam dari kejauhan yang semakin lama kapalnya menjauh dan tak terlihat lagi oleh mata telanjang. Caroline jatuh dan menangis. Jessie tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya memeluk Caroline.

****

Hari pertama setelah ditinggal Adam. Caroline hanya menangisi kepergian kekasih nya. Ia memandangi foto Adam. Ia bingung kenapa Adam tak menceritakan soal kepergian nya kali ini. Jessie berusaha menenangkan Caroline.

Hari kedua, sama seperti hari pertama. Caroline hanya bisa menangisi kekasih nya itu dan menyesali. “Kenapa aku tak menelepon Adam dan meminta maaf kemarin? Kenapa aku begitu egois? Kenapa aku terlalu ke kanak-kanakan? Apa ini pertanda baik untuk kita ataukah buruk?” hanya kata-kata itu lah yang selalu bersemayam dalam pikiran Caroline. Hari berikutnya seperti kemarin dan terus meratapi hingga hari dimana para kru kembali.

****

Pikiran buruk yang selalu Jessie pikirkan terjadi. Para kru kembali ke kota tak ada semangat. Jessie dan Caroline datang terlambat ke pelabuhan. Saat Jessie dan Caroline mendekat ke para kru yang sudah turun dari kapal. Suasana yang muncul disana hanyalah bisu, tak ada senyum, tak ada tawa, tak ada teriakan dsb. Semua membisu dan tertegun. Kepala David hanya tertunduk ke tanah dimana ia berpijak. Jessie segera mengetahui apa yang terjadi. Mata Caroline tetap mencari-cari wajah Adam, senyum Adam, dan raga Adam. Tapi matanya tak menemukan apa-apa. Apa ini semua hanya ke jahilan dari sang kekasih atau…? “Adam… Adam…Adammm… Dimana kamu? Jangan bersembunyi dari aku. Apa kau sudah tuli? Cepat datang kemari!” Jessie hanya memeluk sahabat nya itu dan menangis. “Kenapa kau menangis, Jes? Hentikan permainan ini, Adam. Aku lelah. Aku merindukanmu, sungguh!” teriak Caroline lagi sambil merintih. Semua tetap bergeming.

“Lin, Adam was die…” Jessie menangis dan Caroline jatuh ke tanah. “Dia udah gak ada…” sambung Jessie lagi.

“Kamu bohong!” bentak nya pada Jessie. “Kalian bercanda.” Caroline meneteskan air mata yang sudah sedari tadi ditahannya.

“Caroline, aku minta maaf karena aku lah Adam tiada.” David menjatuhkan air mata ke tanah. “Adam terbunuh ketika ingin menyelamatkan aku dari musuh.” Rintihan David sangatlah menggetarkan semua yang hadir. Caroline terisak-isak. David jatuh dan berlutut di hadapan Caroline. “Maaf kan aku Caroline… Maaf…” Caroline luluh bergeming. Hati Caroline sungguh tersayat. Nanah yang mengendap, menyeruak ke permukaan. Jessie memapah Caroline untuk bangkit dan segera pulang ke rumah Caroline.

“Tunggu!” David mengeluarkan sesuatu dari kantong celana nya. “Ini! Maaf agak kotor!” David memberikan sepucuk surat kepada Caroline.

“Apa ini?” Tanya Jessie dan ia mengambil surat tersebut. Lalu Jessie menyobek surat itu dan ingin membaca nya.

“Maaf, Jes! Tapi surat ini bukan untukmu melainkan Caroline dan yang harus membaca nya juga Caroline. Ini amanat dari Adam.” Jessie menyerahkan surat tersebut ke Caroline.

Surat Adam

Sayang, apa kabar? Maaf yah jika aku tidak memberitahukan mu tentang kepergian ku ini. Bukan maksudku untuk tidak memberitahukan mu tapi aku hanya tidak ingin membuat mu khawatir. Maafkan juga yah, atas sikapku yang kemarin! Mungkin aku agak sedikit kasar padamu dan membuat mu kesal tapi sungguh aku tidak ada maksud berbuat seperti itu. Aku sudah makan masakan mu dan itu enak sekali. Terimakasih yah, aku sangat menghargai mu. Mungkin surat-surat an seperti ini seperti hal classic tapi tidak bagi ku. Aku pasti kembali hanya untuk mu tapi jika aku tak kembali… janganlah kau bermuram durja ataupun bersedih. Aku sudah berjuang sekuat tenaga tapi Tuhan berkehendak lain… Hahaha… Maaf yah sayang bila aku berkata seperti ini tapi kita harus berpikir hal yang buruk juga kan!
Ada satu hal yang aku ingin minta dari kamu apabila aku tidak bisa kembali. Tolong tulislah yang kamu lakukan dari bangun pagi hingga malam hari pada satu lembar kertas dan masukan kedalam botol. Setelah itu, buang botol nya ke laut agar aku bisa mengetahui apa yang kamu lakukan pada hari itu. Maukah kau melakukan itu untuk ku? Hmmm… untuk Jessie, tolonglah jaga Caroline dan terimalah pinangan David. Hehehe…

Your Love,

Adam

Minggu, 05 Juli 2009

Pertahanan dan penghayatan

Kamu membentuk pertahanan
Belum menciptakan kesempatan
Tak menemukan apa-apa

Kamu member penghayatan
Hidupnya menawarkan warna
Terpisahkan dari warna hitam atau putih

Pertahanan nya menghayati hidup di dalam perigi yang akan menyeruak
Penghayatan nya tetap bertahan pada satu hidup yang akan bergulir seiring waktu berdetak
Keduanya memang bukanlah kesempurnaan tapi penyatuan dari hidup yang sebenarnya

Terbawa arus

Gelombang menghantarkan kekuatan yang membawa ku pada sebuah kenyataan
Bangkit dari dasar keinginan yang tak terpenuhi
Terdengar jauh dan terlihat sangat dekat meski hanya samar
Tercium luka kemarin yang tak menyegarkan hati dan pikiran
Bermaksud menepi tapi tetap hanyut dan menyambut hulu dengan ketidakberdayaan

Belitan hidup

Mengintip dari jendela pagi yang terasa hangat akan sinarnya mentari..
Sejenak membasuh mata dari sebuah angan..
Terhambur dengan kenangan..
Ditepiskan..

Masih tak bisa diam..
Menyampaikan kata yang terpisahkan dari kenyataan..
Pelita semalam menunjukan lilitannya
Bercermin tapi tak nampak
Meletakan ku pada kebimbangan hati
Hati yang telah terjerat
Pelan tapi merambat dari dasar hingga permukaan

Satu Lembar

Satu Lembar

Mengisi satu lembar
Tetap membutuhkan hiasan
Titik
Koma
Ataupun tanda seru atatu Tanya

Mengeluarkan kesedihan
Tetesan kecil berdatangan
Belum bisa mencurahkan
Menuliskan isi hati seumur hidup hanya dengan satu lembar

Menyelamatkan dan diselamatkan
Tidak berhubungan
Tapi dipertemukan
Mimpi tak pernah jadi nyata
Kenyataan yang selalu berawal dari mimpi
Takkan pernah menaiki tangga penghinaan
Yang nantinya satu lembar memuat hidup kecilmu

Menebarkan sejuta keanehan dan takkan pernah menyadari
Rahasia dari satu lembar yang berbolak balik
Teruslah menuliskan seluruh kejadian hidupmu
Jangan kau sesali sedikitpun
Semua makna akan muncul tersirat dalam satu lembar

Malam Pasti Gelap

Mencoba sendiri..
Melakukan dalam sendiri..
Tak pernah tau harus bagaimana..
Tak mengerti ingin apa..

Berjalan di temaram malam yang setengah kelam..
Terpikat dengan lampu hampir redup..
Mendekat..
Lelah hanya seperti ini saja..
Tidak bisa seperti kobaran tapi malah seperti nyala lilin kecil..

Memimpikan dari satu batang korek api yang tak pernah berkobar seperti unggun..
Tapi manis nya mimpi memantulkan segala ke terbalikan..
Getaran api nya merambat dalam ketakutan dan kepedihan..
Menyambut kemalangan tanpa kata-kata lagi..


Aku butakan diriku sendiri..
Cahaya hati sungguh terlihat kerlipan kecil..
Setengah hati kah seperti itu..?
Tak pernah membantu sedikit atau banyak..
Terlalu banyak rahasia dalam kehidupan yang tak jelas..
Sudut tak pernah menyudut..
Hanya membantu melihat kenyataan dari sisi yang tepat..

Meneruskan kembali langkah di tengah sepi..
Terombang ambing di tengah pedih..
Penat membakar sejuta angin malam yang menghembuskan..
Pekat menjadi selimut baru ku melintasi kaku nya jalanan..
Terpaku pada sebuah hal yang merintangi hati ini..
Percaya kan pada yang kuasa..

Mencoba untuk berpasrah..
Tak salah..
Akan mengetahui bila akhirna tetap tak berujung..
Ada pintu untuk sang pengelana..
Aku berharap bisa menemukan kesempatan dalam jejak masa lalu yang telah terambil tadi..
Sedikit egois tapi hanya seperti itu yang ku tahu..
Dan..
Aku menunggu dengan bermimpi dengan lilin kecil tetap menyala, menghangatkan, menerangi jalan ku yang gelap dan setengah tak terlihat..

Selamat malam untuk masa depan

Gundah hati di kala lelap merasuk ke peluh hati..
Terucap kata dari bibir..
“Selamat Malam …”
Ingin memiliki sehari saja..
Tapi kantuk telah menyerang dan bersemayam di mata ini..
Kantuk pun terjadi..

Melanjutkan hidup dalam potongan impian-impian..
Meski kecil tapi tak besar..
Mengenyahkan segala ke penatan jiwa..menentramkan kalbu yang bergejolak..
Meringankan kepala yang di sengat mentari..

Mengangkat yang tengah tenggelam di dasar perasaan..
Tertinggal dan terbawa hingga mengalir ke muara nya..
Bukan kah semesta terlelap kini dan kita semua terhubung di alam mimpi?
Kumpulan nya menupuk dan bertambah buruk..
Tertidur kembali..

Melanjutkan mimpi..
Mendekatlah kasih kepadaku..
Siang nya telah berubah menjadi malam dan berbaring di balik rembulan..
Salju telah mencairkan suasana hatimu..
Sebuah jantung ini berdetak melebihi yang sewajar nya..
Kecupan mu yang kurindukan..
Yang membuat lelap ini menjadi semakin indah..

Malam-malam dipenuhi bintang..
Tiada kata perpisahan yang jiwa ini mau..
Esok belum menjelang..
Impian masih bergelayut di tiang-tiang harapan..
Meneruskan segala..

Seharusnya tali-tali yang ini..
Yang menghubungkan mimpi ku dan kamu terjalin.,,
Menganyamnya dengan penuh kesabaran dan ketelitian..
Dan terbentuklah dari perapian sebuah kehangatan..

Terhenti karena telah terjadi..
Terbentuk dengan pasrah..
Menikmati di bawah cahaya dan kasih..
Terantuk di angan-angan..

Mulanya membelai mesra..
Kemudian menuai sebuah pertikaian..
Tiba didataran kemarahan..
Langit-langit berputar dan awan seakan runtuh..
Bintang-bintang jatuh..

Pelukan nya membumbungiku hingga ke dasar hati yang tak pernah tersentuh..
Kehidupan raga ku menyisikan ku seperti jiwa yang haus kasih..
Hingga tersisa sebuah luka goresan..

Tapi disembuhkan dengan dekapan..
Kau ternyata melarutkan segala guratan-guratan ku..
Menyatukan jiwa, cinta, angan, dan harapan..

Keindahan mala mini tak lagi ingin ku lukiskan..
Seperti seorang ibu yang mendongengkan kepada anaknya..
Taburan bintang makin jarang dan bisa terhitung..
Perlahan-lahan mimpi kita tertuju suatu bintang masa depan..
Aku pun berpisah dari bayangan jemari nya yang ku genggam..

Suatu masa kini terlupa..
Teringat hanya sesaat..
Tapi makna nya sangat kuat..
Terbentur dengan raga ini..
Jiwa nya menjadi satu dengan aura..

Terdengar bisikan angin yang menyampaikan keadaan ku saat ini dari lengkungan bulan sabit..
“Selamat tidur sang Masa Depan”
Dari yang Menanti mu di garis depan kehidupan yang baru..
Untuk sang masa depan..

PERGAULAN BEBAS TIDAK MENGENAL BATAS USIA

Era globalisasi makin maju dan pertumbuhan penduduk makin pesat, membuat nilai-nilai moral semakin berkurang. Pergaulan menjadi semakin bebas sehingga melanggar batas-batas nilai moral dan agama. Sekarang semua orang ketika mendengar pergaulan bebas pasti berujung pada konotasi yang “Negatif”. Mungkin sebagian orang benar tapi kita tidak boleh menghakimi seseorang seperti itu. Adakalanya kita harus mencari tahu, apakah itu benar atau tidak. Para pelaku dalam pergaulan bebas sebenarnya terbentuk dari rasa coba-coba, ingin tahu, ataupun karena kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Meskipun masih banyak hal lagi yang mendasari mereka melakukan itu. Sebagian besar pelaku dari pergaulan bebas itu adalah remaja, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa orang dewasa juga melakukan itu. Hubungan seks yang seharusnya dilakukan setelah ikatan pernikahan dianggap wajar saat mereka berpacaran. Hal-hal seperti ini merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi para orang tua.


Orang tua mungkin menjadi yang paling disalahkan saat seperti ini. Apakah mereka kurang memberikan perhatian? Apakah mereka salah mendidik? Atau apakah mereka yang sulit mengerti yang dimau oleh anak? Semua pertanyaan itu masih belum terjawab. Orang tua merupakan perpustakaan anak. Tempat untuk bercerita, bertanya ketika mereka membutuhkan informasi, dan memberi pengarahan. Jika para orang tua salah sedikit atau lalai dalam mendidik anak, jadilah ia terjerumus dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas yang paling sering dilihat secara terang-terangan selain seks bebas adalah kumpul kebo. Tidak hanya remaja,tetapi orang-orang yang sudah berumur pun melakukan nya. Usia kini bukan lah suatu pautan untuk melakukan hal seperti ini. Begitu banyak tempat-tempat seperti kost-kost an atau kontrakan yang tidak memedulikan status mereka. Para pemilik tempat hanya berpikir kost an atau kontrakan mereka penuh artinya mereka mendapatkan uang.

Mungkin ada juga pemilik yang memperhatikan tentang status, tapi itupun hanya bertahan dua bulan. Setelah itu para pasangan kumpul kebo mulai mengajak pasangan mereka ke tempat tinggal dan tinggal bersama.


Akibat yang ditimbulkan dari pergaulan bebas yaitu, terkena HIV/AIDS, hamil di luar nikah, di jauhi masyarakat, dan dosa. HIV/AIDS, penyakit yang paling ditakuti oleh setiap orang dan para pelaku pergaulan bebas. Karena penyakit ini belum ditemukan obatnya. Tapi mereka tetap menyepelekan penyakit ini, banyak dari mereka masih menganggap kondom benda yang dapat mengamankan penyakit itu. Hamil, banyak para remaja putri yang sering ketakutan setelah mereka berhubungan dengan kekasih mereka ataupun pelanggan mereka. Tapi banyak juga dari mereka yang tidak takut karena memiliki cara-cara yang ampuh untuk membunuh janin-janin tak berdosa itu. Meskipun yang dia lakukan adalah sebuah dosa, mereka mengaborsi janin tersebut tanpa rasa takut. Yang mereka pikirkan hanyalah takut ketahuan oleh orangtua mereka ataupun masyarakat sekitar. Di kucilkan masyarakat, para pelaku pergaulan bebas tidak terlalu memedulikan dampak ini. Tapi impact yang pasti dirasakan dari di kucilkan sangat besar, tak ada orang yang mau respect kepada dia saat kesulitan, tak ada yang menganggap dia sebagai bagian dari warga setempat. Dosa, adalah hal yang paling ditakuti dan yang paling di nomor terakhirkan. Karena setiap orang pun tahu jika melakukan hal yang dilanggar oleh Tuhan akan mendapatkan dosa, tapi dosa itu selalu di nomor terakhirkan oleh mereka. Yang di nomor satukan adalah kenikmatan duniawi.



Hal-hal diatas ini merupakan kejadian yang sering kita temui dalam media massa atau kehidupan sehari-hari. Pergaulan bebas sangat memprihatinkan disaat bangsa kita sedang berkembang. Orangtua berperan sangat penting sebagai pendengar dan pemberi informasi bagi anak,urang tua juga harus mendidik mereka dengan baik dan harus mengawasi apa yang anaknya lakukan tapi tidak dengan sikap yang berlebihan. Orangtua bukanlah yang sepenuhnya patut disalahkan, tapi masyarakat juga harus memerhatikan kondisi lingkungan mereka dengan baik. Masyarakat juga perlu menasehati orang-orang yang pergaulannya hampir melebihi batas-batas norma yang ada agar mereka tidak terlampau jauh jatuh dalam keterpurukan dari kesalahan yang mereka perbuat. Dampak yang mereka rasakan juga seharusnya menjadi peringatan bagi mereka agar mereka taubat dan kembali ke jalan yang benar. Orangtua dan masyarakat juga jangan menjauhi mereka seakan-akan mereka kotoran yang pantas dibuang, diinjak, ataupun dijauhi, tapi rangkulah mereka dan ajak mereka bicara dari hati ke hati.

BLUE ROSE Bagian 2

“Entahlah!” Akupun beranjak dari sudut dan melangkah keluar pintu, menyambut lembaran yang ku prediksi sama seperti hari-hari kemarin. Tak mengasyikkan. Bagai tergores dengan sembilu. Meski hanya dari bamboo tapi rasanya sama seperti tergores dengan baja atau besi. Berdiri di tengah-tengah tawa lepas dan menjadikanku orang paling tak berharga diseluruh dunia. Memiliki yang tak dimiliki dan tak pernah kumiliki. Berterimakasih ku kali ini atas segala mimpi yang menghantarkanku kehamparan bintang-bintang yang menyala. Keraguanku memang terkadang meruntuhkan setiap arus cinta ku. Menghela nafas dan membuangnya. Berharap hati ini menjadi sabar seperti kemarin.


Segalanya memang terasa cepat. Sebentar lagi pulang sekolah dan melangkah lagi sendiri. Berjalan keluar kelas. “Sa, besok harus jadi yah!” Aku hanya tersenyum. Esok hanyalah menanti. Esok hanyalah keterpaksaan. Esok hanyalah esok. Sebuah mimpi yang tertatih menerbangkan untaian kata-kata dalam benakku. Tak mampu menyatukan nya karena kerumitannya dan ketakutannya. Meraihnya hanyalah seperti mimpi tanpa kenyataan. Walau rintangan menghalang. Kekuatan tetap akan ada. Nyanyian sang dewi adalah kepercayaan yang mampu menghancurkan rantai kehidupan, terputus hanyalah kehendak. Masih terlalu jauh bagiku mengakhiri setiap asa dan mimpiku untuk mewujudkan setiap mimpi menjadi nyata. Malah sepertinya semua tergelincir dalam gelimangan limbah penuh dosa.
Menepaki jalan yang kemarin dengan pemandangan yang kemarin juga. Tidak ada yang berubah. Menaiki mobil angkot yang sama dan sendiri. Tidak ada yang satu jalan dengan ku. Apakah selamanya aku meski sendiri dalam ketakberdayaan akan hidup?


Sesampainya dirumah, aku hanya menunjukan wajah kelelahan. Masuk kamar, merapihkan diri dan berganti pakaian. Lelahku tak pernah berujung. Aku menuju meja makan dan membuka tudung saji. Kosong, hanya kosong. Aku tidak terkajut. Hal biasa. Aku masih di dalam kenyataan bukan alam mimpi. Jadi sangat wajar kalau mereka seperti tak menganggap aku ada. Berjuta puisi telah tertuang di lembar-lembaran kertas putih dan tak ada hasil. Hanya sebagai luapan emosi ku sesaat. Aku menggoreng telur ceplok. Saat aku memasak, aku berpikir tentang permintaan Lily untuk datang ke pertandingan basket. Aku sangat mau tapi aku harus menghindari. Menhindari sesuatu yang selalu mengintimidasi hati ku.
Telur ku gosong. Tak apa, sudah biasa hidup seperti ini. Baiklah kalau begitu besok aku akan dating. Karena seberapa besar aku menutup hati dari semua ini, tetap tak akan bisa ku melupakan dia dari lubuk hati yang sangat dasar.


“Teratai..Teratai..” sangat ramai sekali. “Sepertinya satu sekolah hadir yah Li..” Lily hanya mengangguk dan tersenyum. Sorot mata nya tertuju pada Berry yang sedari tadi berteriak meminta dukungan pada Lily, kekasihnya. “Aduh jadi ngiri sama kau nih Li..”
“Bisa aja kau Sa.. Ya udah jangan lupa teriak Berry yah.. Okeh?”
“Ga ah males, suara gue nanti abis lagi.”
“Ga segitunya kali.” Pertandingan pun segera dimulai. Aku menatap dia. Sorot matanya tajam menatap lawan-lawan dan bolanya. Semua pun meneriakan jagoan mereka. Tiba-tiba dari belakang muncul ke tempat yang paling depan dan berteriak, “Tommy..Tommy..” Yap bener. Orang yang berteriak itu, Iris, Jasmine dan Mawar.


Pertandingan sangat seru dan semakin seru. Pertandingan selesai dan sekolah Teratai adalah juaranya. Sekolah ku memang selalu mendapat Juara dalam olahraga basket. Lalu saat Tommy mengambil piala juara nya, ia membisikan sesuatu ke telinga juri. Juri mengambilkan microphone dan memberika pada dia. Mulutnya terbuka. “Selamat siang teman-teman. Berkat teman-teman yang sudah dating dan memberikan support nya kepada kami semua, kami bisa memenangkan pertandingan ini. Hmm.. sebenarnya ada satu hal yang ingin saya beritahukan pada teman-teman.”


Semua kebingungan termasuk aku dan bertanya-tanya. “Ada satu orang yang hadir dan saya sangat menghargai orang tersebut untuk datang kesini dengan susah payah.” Mawar, Iris dan Jasmine tersenyum-senyum. “Karena mungkin jika tidak ada orang tersebut, saya tidak memiliki motivasi untuk memenangkan pertandingan ini.” Semua pun sangat terheran. “Baiklah saya tidak akan bertele-tele. Saya jatuh hati kepada orang tersebut.” Semua orang di pertandingan bersorak kecuali aku. “Entah telah berapa lama aku menyukai dia, mungkin sejak temannya mengenalkan dia padaku.” Aku langsung menebak, pernyataan itu bukan untukku. Tapi aku penasaran, siapakah yang dicintai orang yang kucintai.


“Hmm.. di tempat ini aku ingin dia tahu kalau aku sering mencuri-curi pandang padanya. Okay, to the point aja yah! Orang itu adalah…” Jantungku berdebar seperti gendering yang dipukul sangat keras. “Rossa kamu bisa maju?” Hatiku ingin melompat dalam sekejap. Hatiku bersorak kegirangan tapi… aku melirikn ke Lily. Pasti dia semua yang merencanakan ini. Makanya aku diharuskan datang. Dasar….
Aku turun dengan perasaan yang aneh. Mimpi ku kali ini ataukah hanya khayalan yang terjadi dalam kenyataan. Dan setelah pertandingan ini berakhirlah sudah bercandaan ini. Aku turun dan menghampiri Tommy. “Rossa, will you be my love?” dia berlutut. Dia seperti apa yang kupikirkan selama ini. Apakah Lily telah memberitahu apa yang kusuka dan aku paling inginkan Tommy melakukan hal seperti ini? Entahlah. Aku hanya terdiam dan menjawab, “I do.” Semuanya seperti kisah dongeng tapi itulah yang sesungguhnya terjadi. Selalu ada hitam dan putih. Tuhan memang tak memilihkan apa yang kita mau tapi ia tahu apa yang terbaik untuk kita dan ia pilihkan waktunya hingga indahlah semuanya. Kenyataan di alam mimpi atau mimpi di alam kenyataan. Semua hanya aliran ketika kita menjalankan kehidupan.

BLUE ROSE Bagian 1

Mundur, mundur dan terus mundur. Waktu nya terus mundur. Tertahan dan selalu mundur. Tapi di suatu malam tak berhiaskan rembulan, udara dingin menyerang hatiku. Mata ku tertuju ke dalam foto yang menipu semua orang yang melihat. Di dalam foto itu, aku, kedua orangtuaku, dan kedua kakaku, terlihat sempurna tapi tetap saja tak bisa berkelit bahwa ada sesuatu yang sangat mencoreng. Bukan tinta atau apapun, tapi sebuah masalah yang sangat besar. Memandangi nya hingga air yang membendung keluar mengalir hingga berhulu ke hati. Maaf kan aku yang selalu bersembunyi di dalam topeng. Berdusta tiada akhir. Memancing segala keresahan dan kekhawatiran. Tapi sungguh semua itu bukan mau ku. Aku tak menginginkannya. Diriku seperti kupu-kupu yang terbang dan terus terbang menjauhi tempat dimana ia dilahirkan dan mencari sesuatu yang menurut nya manis seperti madu bunga. Melihat sekitar yang selalu bertindak tanpa otak. Begitu banyak pecahan yang berhamburan dan tak bisa diutuhkan kembali.


Ceritanya memang seperti ini. Tak bebas atau terkekang dalam kesunyian yang membawa kesendirian, tanpa bahagia yang utuh di depan matanya. Bukan apapun itu. Berubah dan terus merubah menjadi baru di setiap hari nya, tidak dan tidak akan selalu seperti apa yang kita inginkan. Mungkin bahagia suatu saat tapi pasti akan terluka atau melukai. Tuhan tak mendengar segala permintaanku. Dia tidak tuli, tapi dia memilih. Memilihkan ku sebuah keputusan. Tapi ini adalah hidupku. Mengapa dia ikut campur? Apa karena dia Tuhan ku?


Tak tahukah kamu semua dengan keberadaan makhluk seperti ku yang mengharapkan sebuah keajaiban di malam sepi seperti sekarang ini. Terpisah dari kenyataan yang selalu menyakitkan hati. Tentang hidup, cerita, luka, cinta dan sebuah hati yang mulai berantakan. Meski tak berujung tapi mencoba mencari sela di tepi jalan yang mulai membekukan langkah-langkah ku. Aku sendiri dan menyepi di tepi. Menahan sakit yang tak rela untuk dibagi oleh siapapun. Aku lahir untuk apa dan siapa? Pertanyaan yang tak pernah terjawab dalam sekejap. Aku terlelap dan masuk kealam bawah sadarku.
Masa lalu yang telah ku kubur seakan bangkit dan menyeruak kedalam hidupku lagi. Segala yang ku pilih tak berarti lagi. Meneruskan apapun yang kuhentikan dalam sebuah waktu. Tak pernah lagi bersuara dan tak pernah lagi menganggap nya bagian dalam hidupku. Aku salah dan aku disalahkan, tapi berilah kesempatan sedikit untuk memperbaiki nya. walaupun semua itu mustahil. Oranglain, hanyalah hembusan angin yang menerpa raga kosong yang terus berjalan di mimpi gelap ku. Cinta hanyalah biasan dari hati yang membutuhkan sebuah santapan untuk kekuatan, dan aku tak butuh itu.
Pagi terbit membawa jauh mimpiku. Aku terbangun. Mataku terbuka. Aku sangat tidak siap untuk menaggung beban dan membuka lembaran di hari ini. Aku bertopeng lagi dan merubah segala yang ada di dalam otakku. Biarkanlah aku yang merasakan semuanya. Kaki ku kaku, tak pernah ku menipu. Sekali saja terulang dan akan terus terulang. Ingatan ku tak jelas. Aku bukan lah seorang pengingat yang baik. Setengah mati mencoba untuk mengingat, tetap tak bisa. Semua nya telah terjadi. Ya sudahlah. Hati ini tak mampu membohongi sakit nya. tapi topeng ini mampu untuk menutupi luka yang tersirat sangat dalam dan hampir tak berujung.



Bertopeng lagi di sekolah


Dia lebih layak dari aku dan aku tak pantas bila terpaksa. Ku relakan seluruhnya hingga asa ku telah jauh terbawa angin. Aku tak memiliki kuasa apa-apa. Terjalin yang telah menjalin hanya demi perih nya sebuah hati. Terluka dalam dan terus mendalam tapi ini semua sakit yang kubanggakan. Tak perlu di tunjukan cukup di sembunyikan. Meski sulit sepertinya tapi harus. Mudah mengatakan nya dan selalu sulit dilakukan.Bermimpi tentang segalanya yang menjadikan ku abu. Tertiup angin dan menghilang.
“Kenapa kamu terlambat?” Tanya bu Daisy.

“Hm… itu bu mobil angkotnya mogok…” jawabku. Dan dia pun sepertinya menerima alasan ku tanpa pertanyaan nya lagi, aku segera duduk di sudut paling belakang. Apakah ini yang terbaik di dalam hidup ku? Selalu berkedok dan akankah selamanya berkedok. Munafik. Aku hanya tak ingin orang mengetahui apa yang kulakukan, yang ku rasakan dan yang terjadi dalam hidupku saat ini. Hal yang paling ku benci adalah kehilangan dan aku merelakan bertopeng agar aku tak kehilangan apapun yang telah menyatu tidak wajar di dalam ragaku. “Besok jadi ga?” Lily membuyarkan lamunanku.

“Ha..?” jawabku.

“Besok jadi jalan gak?” Aku mengangguk. “Insya ALLAH”. Jawaban yang sangat kilat dari bibir sang pendusta ini. Aku pergi dengan yang lain tanpa memperdulikan orang yang lain bersamaku. Semuanya telah terlewat dan mengecam hati. Memberontak dalam kantuk yang sangat besar dan. “Rossa!!!” aku terbangun dari setengah bawah sadarku. Sebuah dunia mimpi yang selalu kita ketahui.


“Hah.. ada apa bu?” jiwa dan ragaku belum menyatu. Aku mencoba untuk bangkit dan membuka mata ku dengan menyipit.

“Kamu tidur yah?” aku menggeleng. “Lalu..?”

“Lagi berkhayal tentang kedamaian dunia, bu. Seandainya perang dunia kedua tidak pernah terjadi yah bu.” Dia mengangguk, sangat masuk akal walaupun bagiku mengada-ada tapi dipercaya oleh bu Daisy. Pelajaran sejarah memang selalu membosankan. Mengambang di tengah kesendirian di sudut tanpa tawa ataupun tangis. Mencari sebuah tempat yang nyaman dan aman untuk bersembunyi untuk bermimpi. Bel berbunyi. Istirahat yang di nanti telah tiba. Terkadang energy ku habis dimakan waktu yang kelaparan karena kehabisan bahan bakar untuk menjalankan setiap detik-detik kehidupan. Berusaha bangkit dari segala yang menyingkirkan.


Mawar, Iris dan Jasmine datang kekelas ku. Melihat seluruh sudut kelas kecuali aku. “Liat tuh temen lo. Ngapain dia kemari?” Aku tak menjawab. Langkahnya pun perlahan menghilang. “Sa, kamu masih sedih di depak sama orang kayak mereka?”

BLUE ROSE English Version

Rewind, back and hold back. Hold back its time. Restrained and always backwards. But in a night not berhiaskan moon, cold heart attack. Specific to my eyes in an image that deceive all those who see. In the image, I, orangtuaku second, and second kakaku, looks perfect, but it still can not berkelit that there is something very strike. Not the ink or anything, but a problem which is very large. Look it up to the dam the water flows out to disgorge to the heart. I am sorry I always lurk in the mask. Lie no end. Fishing all unrest and concerns. But all is not quite like me. I do not want it. Myself as a butterfly flying and continue to fly clear of the place where he was born and find something that is sweet as nectar. Viewing who is always around to act without a brain. So many bills, and the flow can not diutuhkan again.
The story is like this. No free or bridled in the silence that brings loneliness, without the full happiness in front of the eyes. Is not any. Changed and continues to be a new change in it every day, does not and will not always like what we want. May be a happy time but it will hurt or injure. God did not hear all permintaanku. He is not deaf, but he chose. I Memilihkan a decision. But this is my life. Why he took the intervention? What is God because he was my?

Do not know all of you to the existence of creatures like me who expect a miracle in the quiet night like this now. Separate from reality, which is always painful. About life, stories, injury, love and a heart that disordered. Although not culminate, but try to find the gap in the curb that freeze my steps. I own and menyepi on edge. A real pain that is not to be divided by anyone. I was born for what and who? Questions that never missed a glance. I fall asleep and dream

Past that have been my grave as if to rise and menyeruak into life again. All that I choose not mean more. Any of the forward stop me in a while. Never again voiced and never again take part in his life. I am wrong and I am always wrong, but give little chance to improve it. although all of them impossible. People, just the wind blowing jump sport of running empty in my dark dreams. Love is just biasan of heart that require a fine for strength, and I do not need it.


Morning brings far my dream. I awakened. Eyes open. I is not ready to bear the burden and open the sheet on this day. I cover up again and change all that is in otakku. Let me feel that all of them. My legs were rigid, never deceive me. Repeated only once and will continue to recur. I do not recall clearly. I is not a good reminder. Half trying to remember the dead, still can not. All it has occurred. Yes never. Heart is not able to hoodwink his illness. but the mask is able to cover the wound that is implicit in and almost did not culminate.

Cover up again in the school

He is worthy of me, and I do not deserve when forced. My relakan entirely up to my despair has brought much wind. I have no power whatsoever. Which has involved only after a tender to its heart. Injury and continue in-depth but this is all a sick kubanggakan. No need to show enough in the hide. Although it seems difficult but it should be. Easy to say and its always difficult dilakukan.Bermimpi about everything that makes my ashes. gust wind and disappeared.

"Why you late?" Ask Teacher


"Hm ... that teachers' car broke down ..." jawabku. And he seems to accept without question my reasons for it again, I immediately sat in the back corner. Is this the best in my life? Always wear a mask and will forever wear a mask. Hypocrites. I just do not want people to know what kulakukan, and that I feel is happening in my life at this time. The most I hate is losing, and I merelakan mask so I do not lose anything that was not fair ignites in ragaku. "Tomorrow so ga?" Lily membuyarkan lamunanku.

"Ha .." I answered.
"Tomorrow is a road?" I nod. "Insya GOD." The very edge of the flash from this liar. I went with the other without considering the other person with me. Everything has been a criticism terlewat and heart. Rebelled in drowsiness and a very large. "Rossa!" I awakened from the bottom half sadarku. A dream world that we always know.
"Hah .. bu what? "of the soul and ignites ragaku not. I try to rise up and open my eyes to narrow.
"You sleep well?" I shake. "And ..?"
"More visions of world peace, bu. Had the second world war did not happen yah bu. "He nod, although very reasonable for me but there is a trusted by mother Daisy. Subject history is always boring. Float in the middle of loneliness in the corner without a laugh or cry. Finding a place for comfortable and safe hiding for a dream. Buzzer sounds. The rest has come in later. Sometimes my energy when eaten out of hunger because running out of fuel to run every seconds of life. Any attempt to rise from the ditch.

Roses, Iris and Jasmine to come to my class. See all corners of the class except me. "Liat tuh temen lo. Ngapain he here? "I said no. Step is slowly disappearing. "Sa, you are still sad at the same kick as they are?"

"I don’t know!" I go from the corner and step out the door, welcoming my input sheet is the same as day-to-day yesterday. Not ravish. What with the scratches sembilu. Although only of bamboo, but it's the same as scratches with steel or iron. Standing in the midst of laughter and casual menjadikanku not worth most people around the world. Who have never owned and never kumiliki. I grateful for all this time the dream menghantarkanku kehamparan the stars that light. Keraguanku indeed sometimes knock my love for each flow. Draw breath and remove them. Hope this is a heart patient, such as yesterday.

Everything feels really fast. Shortly be in school and come home again himself. Walk out the class. "Sa, tomorrow I should be so!" I just smiled. Tomorrow is just waiting. Tomorrow is just keterpaksaan. Tomorrow is just tomorrow. A dream that tertatih fly string of words in really. Not able to unify because of its kerumitannya and ketakutannya. Achieved only as a dream without reality. Despite obstacles prevented. Strength will be there. Songs of the goddess is the trust that is capable of destroying the chain of life, just lost the will. Still too far for any end in despair and mimpiku to realize every dream become real. In fact it seems all a slip in the waste full gelimangan sin.


a walk yesterday with that yesterday also. Nothing changed. Angkot a car and own the same. There is no one way with me. Will forever even though I own ketakberdayaan akan live in?
Sesampainya at home, I only showed the face exhaustion. Entrance room, merapihkan themselves and change clothes. Lelahku never be. I go to open a table and cover food. Empty, just empty. I do not terkajut. Ordinariness. I was in fact not in dreamland. Be very reasonable if they were not considered as I have. Berjuta poems have been written on the sheet-sheet of white paper and no results. Just as my emotions overflow shortly. I fry eggs ceplok. When I cook, I thought about the request for Lily to come to the game basketball. I really want to but I have to avoid. Menhindari something that my heart always intimidation.

I burnt eggs. Never mind, it is a normal life like this. Okay so if I will come tomorrow. Because of how big I close the heart of all this, still can not akan ku forget he's a very subconscious basis.
"Teratai Teratai .. .." very hectic. "It looks like a school I attended Li .." Lily just nod and smile. Highlight it is to the eyes of Berry earlier shout sedari ask support on Lily, kekasihnya. "Oops so I envy you the same Li .."

"Yes I remember screaming Berry yah .. Okeh? "
"I ah males, I will vote abis again."
"Ga segitunya times." Rivalry was immediately started. I regard him. Highlight the sharp eyes stare opponents and bolanya. All they are meneriakan blade. Suddenly appear from behind to place the front and cried, "Tommy Tommy .. .." Yap bener. People are shouting, Iris, Jasmine and Rose.

The match is very exciting and the more exciting. The match finished and the school is juaranya Teratai. My school is always get the Champion in the sport basketball. Then when Tommy took his Cup champion, he membisikan the jury to the ear. Jury draw on the microphone and memberika him. Mouth open. "Selamat siang friends. Thanks to the friends who are dating and give its support to us all, we can win this rivalry. Hmm .. actually there is one thing that I want to inform on friends. "All I include confusion and wonder. "There is one person who attended and I would appreciate people to come here with great difficulty." Roses, Iris and Jasmine smile-smile. "Because if not there may be people, I do not have the motivation to win this rivalry." All is very great. "Okay I will not be long-winded. I feel sorry for the person. "All the people in the game except I yell. "Know how long I've liked him, since friends may introduce him to me." I hit the direct, the statement is not for me. But I am curious, who loved the people kucintai. "Hmm .. in this place I want to know if he is I often steal-steal perspective on it. Okay, to the point aja yah! That person is ... "Jantungku pulse as the gendering beaten very hard. "Rossa, you can forward?" My heart want to jump in a flash. Heart cheer excitement ... but I melirikn to Lily. Surely all that he planned this. So I must come. ...

I came down with a strange feeling. My dream this time, or only the illusion occurs in reality. And after the match this berakhirlah already bercandaan this. I am down and about Tommy. "Rossa, will you be my love?" He knees. He was like what kupikirkan for this. Will Lily have to tell you what kusuka, and I want Tommy to do most things like this? Entahlah. I am just speechless and said, "I do." Overall, such as fairy tale, but it is indeed the case. There are always black and white. Memilihkan God is not what we want but he knows what is best for us and he pilihkan time to indahlah all. Reality in the dream or dreams in the reality of nature. All flow only when we run life