Senin, 08 Februari 2010

Seperti Adanya

Terasa duka dan suka disaat bersama

Menjawab setiap panggilan yang terlupakan

Memasukkan setiap masukan yang harus di keluarkan

Mengecawakan rasanya

Melampiaskan segala kebodohan

Mendung dengan kehati-hatian

Nyala terang lampu sudah tak seperti kemarin

Mulai sedikit menurun kadar cahaya nya

Langit yang putih berawan tetap diangkasa

Tetap menyembunyikan langit biru yang luas ku

Tanah bergejolak hingga bertolak

Terhisaplah bagai pasir tak terurut

Menyapa daun-daun yang mengering sekering dahaga yang tak dapat terlampiaskan

Menjadikan setiap tetesan air mata sebagai siraman daun-daun mongering

Menaruh asa di sudut sana

Menutup mata tak ingin melihat semua nya berakhir dengan sempurna

Tertahan tanpa air mata

Tertahan tanpa terbata

Langkah menjadi merana

Di hadapan seorang hanya terpantul sebuah dusta

Tak bias lama ku menahan basah luka yang menjadi setengah busuk

Mana mungkin aku menyihir semua keadaan ini

Bila suatu hari nanti terpejam selamanya membuktikan keputusan

Satu yang pasti adalah ingkar

Mengalah selalu menjadi masalah hingga terbawa

Akhirnya memilih jalan yang berliku dan tajam agar segera selesai pada tujuan

Dibanding memilih jalan sepi yang lurus namun lama sampai pada tujuan

Tak tahan lagi rasanya

Kelihat cahaya di mata yang meredup

Kapankah keruh dari mata ini lenyap

Seandainya embun bagi dapat memudarkan nya

Tak dapat menhan sepi dalam rongga hati

Tak dapat menahan hari yang berhenti

Menahan tangisan yang telah meitik pada relung jiwa

Tuhan belum menjawab semua mau ku

Tuhan belum memaafkan hatiku

Tuhan belum menerima jiwaku

Tuhan masih membisu

Menunggu Nabi

Cahaya surga yang membalas cinta yang bersahaja

Membuat rindu ku pada rasul ku semakin tak terhindar

Jalan setapak yang kutapaki serasa seabad sudah

Keheningan dan kekudusan memacu denyut ini

Terasa menggebu hingga tak terkendali aliran darahku

Mendentum kencang jiwa ini mendobrak bendung nya

Keluh nya terasa hangat

Peluhnya terasa dekat

Hingga tak ada sekat

Melukiskan sebuah pemandangan ditengah hati yang merindu bagai melukis dengan nurani

Teraba tapi tak nyata hasratnya

Terasa namun tak kuasa menahan waktu

Aku diam

Diam adalah nyaman

Nyaman merupakan kelelahan jiwa

Terlalu letih pada gelap yang menghantui jalanku

Biarkan aku bersedih menanti Tuhan mengabulkan keinginanku

Tak ada lagi yang harus aku ceritakan

Aku takut untuk menghancurkan perbedaan yang telah ada sejak lahir

Di dalam lengan mu ya Tuhan ku biarkan segalanya

Di dalam genggaman mu ya Tuhan ku letakkan segalanya

Di dalam jalan mu ya Tuhan ku hanyutkan hatiku

Menunggu nabi yang ku rindukan

Kesal terhadap Waktu

Kesal terhadap waktu yang berdetak cepat tak ada henti

Ingin melampiaskan nya tapi hanya sendiri\

Kecewalah aku

Seharian ku melihat sekitar

Berjalan dan selalu jalan

Tak dating dan menjemput kesepian hasrat yang tak kesampaian

Tak terbalas juga

Marah memuncak

Lagi-lagi ku sadari sendiri hatiku bukanlah hati yang berpasangan

Andaikan saja waktu memperlambat laju detaknya

Lagi…lagi ku hanyalah sendiri

Kembali kepada kekecewaan

Mungkinkah dapat menebak jalan cerita nya

Tentang cerita ini

Dalam hatinyalah semua terlukis

Namun bagaimana hal ini mungkin terwujud jika aku menepi tiada henti

Mungkin inilah sesungguhnya yang harus terjadi

Banyak bintang disetiap titik kehidupan

Berpuisi dan melagu di tengah taman kosong yang melompong

Kekuranganmu bukanlah milikku

Terabaikanlah diriku

Bila akhirnya tak bahagia tapi ku berharap

Ini akan menjadi yang terindah dalam akhir hidupku

Begitu paraunya suara hati

Lirih mendesis

Ku hiraukan

Begitu terus berlangsung sejak kemarin hingga kini

Kalutnya menyerbu

Membawa satu luka yang sulit dilupakan

Namun selamanya akan membekas dalam ingatan

Tidak ada yang ingin aku lakukan

Berbahaya

Sungguh berbahaya

Sangat tidak ingin mencobanya tapi terlanjur terjadi

Maav untuk segalanya pada hati yang tergores tipis

Bersama waktu aku berlalu

Melangkah cepat dari detik ke menitnya

Selalu berputar cepat tetap

Berat hasrat tuk melepas segala kenangan lampau

keluh hati

mungkin hati yg kmrn terluka menganga

takkan sembuh hari ini

tp yakinlah pada hari dimana

Tuhan memberikan engkau hadiah yg akn membuat luka mu

akan mennyembuhkan luka mu dan menghapus setiap air curahan hati mu

setiap hari nya takkan sama

hadiah Tuhan hanya untuk satu hari

apakah aku akan membiarkan titah yang menjadi pedoman hidup ku

tercabik oleh kebodohan ku

kemeranaanku bukanlah tameng

untuk bersembunyi dari kejaran musuh ataupun

untuk menghindari serangan lawan

aku hanya ingin bahagia

dengan jiwa yang memang senang sekali berkeluh kesah

kuatkan aku Tuhan

bagai akar bakau yang takkan goyang dikala badai menantang

lembutkan aku Tuhan

bagai hembusan angin yang berlalu ke arah ku

jagalah aku Tuhan

seperti engkau menjaga pelita setiap harinya agar selalu bersinar di pagi ku

sinar dari luar menamparku

membangunkan aku dari lautan mimpi manis yang sungguh menipu pikiran ku

angan-anganku masih tepat berada pada tempatnya

masih tetap berpijak pada halusinasi

meskipun aku sadar aku harus bangun dan melanjutkan hidupku yang tertunda di alam nyata..

meskipun aku tau jika aku sadar aku akan tersakiti lagi

meskipun aku mengerti bahwa aku tau aku harus menangis

begini kah hidup yang sesungguhnya

atau hanya sebuah permainan yang hanya memiliki dua kemungkinan

kekalahan atau kemenangan..

Tak ada pilihan

Memikirkan alunan sebuah nada yang terus terngiang

Terus tak berhenti

Tak tertahan lagi

Mungkin sudah bosan

Tapi seperti tak ada pilihan

Mataku bukan mata punya mu

Aku melihat apa yang ingin ku lihat

Aku tak ingin melihat apa yang ingin kau tatap

Tersadar bahwa hatiku tak ada isinya

Aku tak ingin melihat kekosongan hatiku itu tapi tak ada pilihan

Rela ku untuk pergi membawa harapan tak ada guna

Melepaskan sejuta untaian yang seharusnya terjalin hingga kini

Waktu mulai kehabisan detik dan menitnya

Tak mamp berputar hingga harus berhenti dan terdiam

Tak ada pilihan

Hanyalah rintik hujan yang berani muncul di hadapan jiwa sepi ini

Menambah kebisuan hati yang tak ingin untuk berbincang

Bintang-bintang pun pergi menjauh meninggalkan ragaku

Semua perlahan mencoba menerkam dari depan dan belakang

Tak ada kesempatan lagi untuk lari

Jika lari hujan menerkam dan ku basah

Tak ada pilihan selain bergeming di kegelapan

Kobaran hati itu telah terpadamkan sedikit demi sedikit

Sendiri mengobati sakitnya

Perih mencoba menahan derita

Jika memang sang malaikat belum membunyikan lonceng di atas awan

Aku akan memilih menghentikan semua usaha yang sia-sia ini

Berlari-lari mengelilingi hutan dan pasar

Tetep saja tak meruntuhkan hatiku yang sepi dan merasa sendiri dimanapun aku berada

Cinta nya telah menjauh meninggalkan segala

Pasrahkan semua kepada tinta dan secarik kertas

Biarkan semuanya mengambang dan terombang tak tentu

Mengalir dari dasar sanubari hingga puncak rohani

Tertumpu letih dan lelah itu pada satu sisi

Hanya menjadi sebuah patung dalam hati

Teraba tanpa ada kata-kata

Akhirnya semuapun kembali seperti semula

Namun tetap saja tak ada arti

Semua yang kembali bukanlah mauku

Bukan juga mau hatiku yang terluka karena dirimu

Bukan juga untuk jiwaku yang kosong tak ada isi

Bukan juga karena raga ini yang mulai melemah karena terabaikan

Semua karena takdir dari sang maha kuasa yang mengendalikanku beserta semesta