Selasa, 13 Maret 2012

Rindu Rasa

Hari ini mungkin hari terberat.

Rindu itu menggerogoti tubuhku lagi.
Rindu itu menempel erat tak ingin lepas.
Rindu itu menjadi bulir-bulir yang menetes dari pelupuk mata.
Rindu itu menusuk-menusuk jantung.
Rindu itu menipu setiap langkahku.
Rindu itu menghambat.
Rindu itu tidak setengah mati.
Rindu itu sungguh hidup di dalam aliran darah ini.
Rindu itu selalu tertahan.
Rindu itu tak terungkap.
Rindu itu tak menjawab.
Rindu hanya rindu yang selalu menyerang tiba-tiba entah lewat darah dia akan melambat untuk mengantarkan darah ke otak sehingga tak dapat berpikir selain memikirkan nya,
Atau Rindu akan memeras jantung dan membuatnya berdetak lebih cepat dibanding pesawat jet yang hanya untuk membuat kita salah tingkah.

Perih
Pedih
Sakit
Lemah
Lelah

Perasaan itu tak boleh digunakan katanya
Perasaan itu tidak berguna kala itu katanya lagi
Perasaan itu hanyalah kebodohan yang menjerumuskan kita kepada jurang kelemahan dan pada ketidakpastian
Perasaan itu kental adanya
Perasaan itu dalam
Perasaan itu pasti terasa sakit
Perasaan itu hanya indah dalam beberapa saat
Perasaan itu terlalu
Perasaan itu selalu berubah
Perasaan akan tetap merasakan lelah dan menjadikan sakit

Menggunakan perasaan tidaklah salah namun perasaan tidak pernah siap untuk merasakan sakit walau yang sakit bukan perasaan namun pikiran.

Pikirkan baik-baik jika tidak bermain rasa akankan pikiran kita sakit, namun tidak salah jika anda ingin sakit seperti saya.

Saya tidak tahu kapan sakit ini akan sembuh kapan pikiran saya akan sehat lagi!

Kapan bulir-bulir di pelupuk mata itu berhenti menetes?

Kapan rindu ini tidak menyergap secara tiba-tiba dan melemahkan syaraf otak kiri?

Kapan saya berhenti menulis kesedihan seperti ini?

Ternyata bukan hanya hari ini yang terberat, kemarin juga berat, kemarin lusa lebih berat, namun pikirkan lah apakah besok aku sudah terbiasa pada semua keadaan ini.

Dan aku masih bertahan untuk menantimu.